Rabu, 24 November 2021
Adab Kepada Istri Adil Dalam Mempergilir Istri
KEMESRAAN
Adab Kepada Istri
Adil Dalam Mempergilir Istri
Dari Ummu Salamah RA, bahwasanya ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengawini Ummu Salamah (yang pada saat itu berstatus janda) beliau menetap bersama Ummu Salamah selama tiga hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, "Sesungguhnya ini bukan penghinaan terhadap keluargamu, dan jika aku tinggal tujuh hari bersamamu, maka aku akan tinggal tujuh hari bersama istri-istriku yang lain." (HR. Muslim)
Aisyah ra. Berkata: “ Rasullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. tidak pernah melebihkan sebagian di antara kami dengan yang lain dalam hal pembagian di mana beliau akan tidur pada malam harinya, beliau senantiasa membagi waktunya untuk kami semua, beliau mendekati setiap isterinya tanpa ada sifat politisir, sehingga jatah hari untuk si dia (isterinya) telah sampai maka beliau Shallallahu ‘alaihi Wasallam. bermalam di tempatnya, Saudah binti Zam’ah ra. ketika telah berusia lanjut dan berniat untuk pisah (ranjang) dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. dia berkata Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. berikanlah jatah hariku untuk Aisyah ra. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. menerima hal tersebut darinya. (HR. Abu Daud)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memberi giliran diantara istrinya –istrinya lalu menetapkannya dengan adil. Kemudian beliau berdoa, ” Ya Allah, inilah tindakanku terhadap apa yang aku miliki. Maka janganlah Engkau mencela apa yang Engkau kuasai dan yang tidak aku kuasai.” ( HR Ahmad).
Kekuatan Rasulullah
Anas bin Malik Telah menceritakan kepada mereka, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah menggilir semua isterinya dalam satu malam, padahal pada hari itu, beliau mempunyai sembilan isteri. (HR. Bukhari)
Berbuat Adil Pada Istri Via Undian
'Aisyah Radhiallaahu anha mengungkapkan: Setiap kali Rasulullah hendak melakukan lawatan, beliau selalu mengundi para istri. Bagi yang terpilih akan menyertai beliau dalam lawatan tersebut. Beliau membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam." (HR. Muslim)
Segera Menemui Istri Jika Tertarik Kepada Wanita Lain
Dari Jabir, sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar, dan bersabda, “Wanita, kalau ia menghadap, ia menghadap dalam rupa syetan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia mendatangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu” (HR. Tirmidzi)
Tidak Membangunkan Istri bila Pulang Kemalaman
Dari Anas ra, ia berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tidak pernah megetuk pintu keluarganya pada malam hari. Beliau biasa pulang kepada mereka pada pagi atau sore hari” (HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
Tidak Mendatangi Istri Dengan Tiba-Tiba
Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tak suka bila seseorang mendatangi keluarganya secara tiba-tiba di malam hari. (HR. Bukhari)
Menyediakan Waktu Khusus
Husain berkata, “Aku bertanya kepada ayah tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. ketika di rumah. Ayahku (Ali bin Abi Thalib) berkata, “Bila di rumah, beliau membagi keberadaannya itu menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarganya, dan satu bagian lainnya untuk dirinya” (HR. Tirmidzi)
Kemesraan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam
Memanggil Dengan Mesra
Dari Aisyah ra ia berkata, “Surat yang pertama aku pelajari dari Al Qur’an adalah surat Thaha. Dahulu jika aku membaca, “Thaha, Kami tidak menurunkan Al Qur’an kepadamu supaya kamu menjadi celaka” Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Aisy, engkau tidak akan celaka” (HR. Ibnu Asakir)
Memberikan Julukan Kepada Istri
Dari Aisyah, dia berkata,”Nabi pernah bersabda kepada kami,”yang paling cepat menyusulku adalah yang paling panjang tangannya di antara kalian.” Maka kami pun saling mengukur tangan kami, siapa di antara kami yang tangannya paling panjang. Ternyata yang paling panjang tangannya di antara kami adalah Zainab, karena dia biasa bekerja, dan yang terutama dari makna sabda beliauitu, karena Zainab adalah orang yang suka memberikan shadaqah dengan tangannya sendiri.” (HR. Muslim)
Bersandar di bahu istri
Dari Ummu Salamah ra, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyandarkan pipinya ke bahuku, kemudian beliau keluar untuk melakukan shalat tanpa berwudhu lagi” (HR. Abdurrazaq)
Memberi Hadiah Kepada Istri
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menikah dengan Ummu Salamah, beliau bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku pernah hendak memberi hadiah kepada Raja Najasy sebuah pakaian berenda dan beberapa botol minyak kasturi, namun aku mengetahui ternyata Raja Najasy sudah meninggal dunia dan aku mengira hadiah itu akan dikembalikan. Jika hadiah itu memang dikembalikan kepadaku, aku akan memberikannya padamu”..maka beliau memberikan kepada masing-masig istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah (HR. Ahmad)
Ummul Mukminin Mencium Rasulullah
Dari Aisyah, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Bergembiralah wahai Aisyah, karena sesungguhnya Allah telah menurunkan uzurmu." Lalu beliau membacakan Al Qur'an kepadanya. Maka kedua orang tuaku berkata, "Berdirilah, dan ciumlah kepala Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam." Aku menjawab, "Aku memuji Allah Azza wa Jalla, bukan kepada kalian berdua." (HR. Bukhari dan Muslim)
Membelai isteri
“Adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah setiap hari melainkan beliau mesti mengelilingi kami semua (isterinya) seorang demi seorang. Baginda menghampiri dan membelai kami tetapi tidak bersama sehingga Baginda singgah ke tempat isteri yang menjadi giliran Baginda, lalu Baginda bermalam di tempatnya.” (Hadis Riwayat Ahmad).
Menyejukkan kemarahan isteri dengan mesra
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam biasa memicit hidung Aisyah jika dia marah dan Baginda berkata, “Wahai Uwaisy, bacalah doa: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku dan lindungilah diriku dari fitnah yg menyesatkan.” (Hadis Riwayat Ibnu Sunni).
Ummul Mukminin Menyiapkan Siwak
Syuraih bin Hani' berkata: "Aku pernah bertanya kepada 'Aisyah Radhiallaahu anha : 'Apa yang pertama sekali dilakukan Rasulullah setiap kali memasuki rumahnya?" 'Aisyah Radhiallaahu anh menjawab: "Beliau memulainya dengan bersiwak." (HR. Muslim).
Dari Aisyah, ia berkata, “Kami biasa menyediakan siwak dan alat pembersih untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu Allah membangkitkan beliau dari tidurnya pada waktu malam hari, kemudian beliau bersiwak dan berwudhu” (HR. Ahmad)
Memakai Parfum Bersama Istri
Aisyah berkata, “Saya meminyaki badan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pada hari raya Idul Adha setelah beliau melakukan lempar Jumrah aqabah” (HR. Ibnu Asakir)
Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al Muntasyir dari bapaknya berkata,: "Aku menceritakan tentang (perkataan Ibnu 'Abbas) kepada 'Aisyah, maka jawabnya: "Semoga Allah merahmati Abu 'Abdurrahman. Sungguh aku pernah memakaikan wewangian kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian Beliau mendatangi isteri-isterinya. Dan pada pagi harinya Beliau mengenakan pakain ihram dalam keadaan wangi semerbak"(HR. Bukhari)
Aisyah berkata, “aku pernah mengoleskan minyak wangi kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan minyak wangi yang beliau miliki sampai aku mendapati warna kemilaunya minyak wangi tersebut pada kepala dan jenggotnya” (HR. Bukhari)
Aisyah berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam apabila meminyaki badannya, beliau mulai dari auratnya dan mengolesinya dengan nurah (serbuk pewangi) dan istrinya meminyaki bagian lain seluruh tubuhnya” (HR. Ibnu Majah)
Menerima Hidangan Makanan Favorit
Aisyah berkata, “Rasulullah menyukai madu dan manisan. Ketika beliau selesai shalat Ashar beliau mendatangi istri-istrinya, lalu beliau mendekati salah seorang dari mereka. Beliau masuk ke rumah Hafshah binti Umar dan tinggal di situ lebih lama daripada biasanya beliau tinggal. Oleh karena itu, saya cemburu, lalu saya tanyakan hal itu. Seseorang mengatakan kepadaku bahwa seorang wanita dari kaumnya memberi hadiah kepadanya semangkuk madu, lalu Hafshah menghidangkannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk sekali minum”(HR. Bukhari)
Ummul Mukminin Menjahit Pakaian Rasulullah
Dari Aisyah ra, ia berkata, “Saya pernah meminjam sebuah jarum dari Hafshah binti Rawahah yang saya gunakan untuk menjahit pakaian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. “ (HR. Ibnu Asakir)
Ummul Mukminin Merawat Rasulullah Yang Sakit
Dari Aisyah, ia berkata, “Demi Tuhan yang menguasai diri Aisyah, sesungguhnya penyakit panas telah membuat Rasulullah tidak bertemu dengan orang banyak selama satu bulan”. Aisyah berkata, “Beliau merasa menderita sampai aku memegang tangan kanan beliau, kemudian aku tiup tangannya sambil membaca Al qur’an. Kemudian aku usapkan tanganku kepada wajah beliau. Aku lakukan demikian itu dengan barakah Al Qur’an dan barakah tangan beliau” (HR. Ibnu Jarir)
Minta Pendapat Soal Pakaian
Dari Aisyah, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah diberi hadiah mantel hitam, lalu beliau pakai mantel itu seraya bersabda, “Bagaimana menurut pendapatmu pakaian ini, wahai Aisyah?” Aku menjawab, “Alangkah bagusnya engkau dengan pakaian itu, wahai Rasulullah. Warna hitamnya serasi dengan kulit putihmu dan kulit putihmu dengan warna hitamnya”. Kata Aisyah, “Kemudian beliau keluar ke tempat orang banyak dengan pakaian itu” (HR. Ibnu Asakir)
Menghadiri Pesta Berdua
Dari Anas, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam punya tetangga seorang Parsi yang pandai membuat lauk-pauk. Ia membuat masakan untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian datang mengundang nabi makan. Nabi bertanya, “Apakah aisyah diundang juga?” Ia menjawab, “Tidak” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, “Saya tidak akan datang” Ia pun kembali mengundang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya, “Apakah Aisyah diundang juga?” Ia menjawab, “Tidak”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata, “Saya tidak akan datang”. Orang ini datang kembali mengundang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya, “Apakah Aisyah diundang juga?”.Pada undangannya ketiga ia menjawab, “Iya,” Keduanya berdiri dan berjalan seiring sehingga sampai ke rumah pengundang tadi” (HR. Muslim)
Berboncengan Dengan Istri
Dari Anas bin Malik bahwa dia dan Abu Thalhah pernah kembali bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan Shafiyah membonceng Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di atas hewan tunggangannya, ketika berada di tengah jalan, hewan tunggangan beliau terjatuh, hingga menyebabkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan wanita (Shafiyah) jatuh tersungkur, -Saya kira Yahya berkata; Bahwa Abu Thalhah segera lompat dari untanya dan langsung mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata; "Wahai Nabiyullah, biarkanlah Allah menjadikanku sebagai tebusan anda, apakah anda terkena sesuatu?" beliau bersabda: "Tidak, tetapi coba kamu tolong wanita (Shafiyah) itu". Maka Abu Thalhah menutup wajahnya dengan selembar kainnya karena dia mengerti apa yang dikehendaki Shafiyah, maka dia melempar kainnya untuk Shafiyah, lalu wanita itu (Shafiyah) berdiri. Setelah itu Abu Thalhah memperbaiki pelana hewan tungangan beliau hingga keduanya dapat mengendarai kembali. Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga ketika kota Madinah telah nampak -atau (perawi) berkata- sudah hampir mendekati kota Madinah, Beliau berdo'a: "aayibuuna taa'ibuuna 'aabiduuna li rabbinaa haamiduuna. (Kita kembali sebagai hamba yang bertaubat, ber'ibadah kepada Rabb kita dan memuji-Nya"). Beliau terus saja membaca do'a itu hingga memasuki kota Madinah. (HR. Bukhari)
Bepergian Bersama Istri
dari Aisyah bahwasanya; Apabila Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hendak keluar mengadakan perjalanan, beliau mengadakan undian antara isteri-isterinya, lalu undian itu pun jatuh pada Aisyah dan Hafshah. Dan pada malam hari, biasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berjalan bersama Aisyah dan berbincang-bincang dengannya. Maka Hafshah berkata, "Maukah malam kamu menaiki kendaraanku dan aku menaiki kendaraanmu kemudian kamu melihat dan pun juga dapat melihat?" Aisyah menjawab, "Ya." Akhirnya ia pun menaikinya. Kemudian datanglah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada kendaraan Aisyah, sementara yang berada di atasnya adalah Hafshah. Beliau pun mengucapkan salam kepadanya, lalu beliau berjalan hingga mereka singgah disuatu tempat, dan ternyata ia kelihangan Aisyah. Saat singgah, Aisyah meletakkan kedua kakinya di antara semak-semak tumbuhan, lalu ia pun berkata, "Wahai Rabbi, binasakanlah kalajengking dan ular yang menyengatku." Maka aku tidak bisa berkata apa-apa pada beliau. (HR. Bukhari)
Mengantar Istri pulang
Dari Shafiyyah binti Huyay ra, ia berkata, “ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melakukan iktikaf. Pada wsuatu malam saya datang mengunjunginya, lalu saya berbicara dengan beliau, kemudian saya berdiri untu pulang. Beliau pun berdiri bersamaku untuk mengantarkan aku pulang sedangkan tempat tinggal Shafiyyah saat itu di kampung Usaman bin Zaid” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketika Istri Berhalangan
Mesra meski istri berhalangan
dari 'Aisyah berkata, "Aku dan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mandi bersama dari satu bejana. Saat itu kami berdua sedang junub. Beliau juga pernah memerintahkan aku mengenakan kain, lalu beliau mencumbuiku sementara aku sedang haid. Beliau juga pernah mendekatkan kepalanya kepadaku saat beliau i'tikaf, aku lalu basuh kepalanya padahal saat itu aku sedang haid." (HR. Bukhari)
Ummu Salamah berkata, "Saat aku berada dalam satu selimut bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, aku mengeluarkan darah haid, kemudian pelan-pelan aku keluar dari selimut mengambil pakaian (khusus untuk haid) dan mengenakannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya kepadaku: "Apakah kamu sedang haid?" Aku jawab, "Ya." Beliau lalu memanggil dan mengajakku masuk ke dalam selimut." Zainab berkata, "Ummu Salamah menceritakan kepadaku bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga menciumnya saat beliau sedang berpuasa. Ummu Salam berkata, "Aku pernah mandi junub dalam satu bejana bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." (HR. Bukhari)
Makan Dan Minum Di Bekas Istri
Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah menyodorkan kepadaku segelas air, lalu aku meminumnya. Setelah itu aku berikan kembali kepada beliau dan beliaupun tidak segan untuk minum pada bagian gelas yang tadinya aku minum, walaupun pada waktu itu aku sedang haidh” (HR. Bukhari)
Aisyah berkata, “Demikian pula waktu aku sedang haidh, aku menggigit sepotong daging, lalu sisa gigitan itu aku berikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Beliau tidak segan menggigitnya pada bagian yang tadinya aku gigit” (HR. Nasa’i)
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Saya pernah minum ketika saya sedang haid, lalu sisa minuman itu saya berikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka beliau meletakkan mulutnya pada bagian gelas yang terkena mulut saya, dan beliau meminumnya. Juga saya memakan daging yang melekat pada tulang ketika saya sedang haid, lalu saya berikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, maka beliau meletakkan mulutnya di bagian yang terkena mulut saya." Tetapi Zuhair tidak menyebutkan, "Lalu beliau minum." (HR. Muslim)
Dari Aisyah r.a, dia berkata: “Saya biasa minum dari cawan yg sama walaupun ketika haid. Nabi mengambil cawan tersebut & meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut, lalu Baginda minum, kemudian saya mengambil cawan tersebut dan lalu menghirup isinya, kemudian Baginda mengambilnya dari saya, lalu Baginda meletakkan mulutnya pada tempat saya letakkan mulut saya, lalu Baginda pun menghirupnya.” (Hadis Riwayat Abdurrazaq dan Said bin Manshur).
Aisyah Menyisir Rasulullah Di Kala Haidh
Dari 'Urwah, bahwa dia ditanya, "Apakah wanita yang sedang haid boleh melayani aku, atau berdekatan denganku sedangkan dia junub?" 'Urwah lalu menjawab, "Bagiku semua itu mudah, dan setiap dari mereka boleh untuk membantuku, dan seseorang tidak berdosa karena hal itu. 'Aisyah pernah mengabarkan kepadaku bahwa ia pernah menyisir rambut kepala Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan haid. Saat itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berada di sisi masjid, beliau mendekatkan kepalanya kepada Aisyah yang berada di dalam kamar dan dalam keadaan haid untuk menyisir rambut kepalanya." (HR. Bukhari)
Menghibur Istri Yang Berhalangan
'Aisyah berkata, "Kami keluar dan tidak ada tujuan selain untuk ibadah haji. Ketika tiba di Sarif aku mengalami haid, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku sementara aku sedang menangis. Beliau bertanya: "Apa yang terjadi denganmu? Apakah kamu datang haid?" Aku jawab, "Ya." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya ini adalah perkara yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita dari anak cucu Adam. Lakukanlah apa yang dilakukan oleh orang-orang yang haji, kecuali thawaf di Ka'bah." 'Aisyah berkata, "Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkurban dengan menyembelih seekor sapi yang diniatkan untuk semua isterinya." (HR. Bukhari)
Dikeramasi Istri
Dari Aisyah ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjulurkan kepalanya kepadaku ketika aku sedang haidh, padahal beliau saat itu sedang melakukan iktikaf. Belaiu meletakkan kepalanya di pangkuanku, lalu ku cuci kepalanya dan ku sisir rambutnya, padahal aku sedang haidh” (HR. Abdurrazaq)
Tidur Dengan Satu Selimut
Dari Atha bin Yasar, “Sesunggunya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan Aisyah ra biasa mandi bersama dalam satu bejana. Ketika beliau sedang berada dalam satu selimut dengan Aisyah tiba-tiba Aisyah bangkit. Beliau kemudian bertanya, “Mengapa engka bangkit?” Jawabnya, “Karena saya haidh, ya Rasulullah”. Sabdanya, “Kalau begitu, pergilah, lalu berkainlah dan dekatlah kembali kepadaku”. Aku pun masuk, lalu bersilmut bersama beliau” (HR. Said bin Mansur)
Tangan Tidak Haid
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, "Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sedang berada di masjid, kemudian beliau berkata, 'Wahai Aisyah! Ambilkan aku baju,' Maka Aisyah menjawab, 'Saya sedang haid.' Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, '' Sesungguhnya haidmu bukan di tanganmu.'" Lalu Aisyah mengambilnya. (HR. Muslim)
Membersihkan Tetes Darah Haidh Istri
Dari Aisyah ia berkata, “Aku pernah tidur bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di atas satu tikar ketika aku sedang haidh. Bila darahku menetes ke tikar itu, beliau mencucinya pada bagian yang terkena tetesan darah itu dan beliau tidak berpindah tempat dari itu, kemudian beliau shalat di tempat itu pula, lalu beliau berbaring kembali di sisiku. Bila darahku menetes lagi ke tikar itu, beliau mencuci di bagian yang terkena darah itu, kemudian beliau pun shalat di atas tikar itu” (HR. Nasai)
Shalat Di Sebelah Istri
'Abdullah bin Syaddad berkata, "Aku mendengar Maimunah berkata, "Pernah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shalat sedangkan aku tidur disampingnya. Jika sujud baju beliau mengenaiku, padahal saat itu aku sedang haid." Musaddad menambahkan dari Khalid ia berkata, Sulaiman Asy Syaibani menceritakan kepadaku dengan lafadz, "Dan aku sedang haid." (HR. Bukhari)
Ketika Dalam Keadaan Junub
Tidur Dengan Satu Selimut
Dari Aisyah ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam biasa mandi setelah bersebadan, kemudian beliau mengeloni saya sebelum mandi” (HR. Said bin Manshur)
Ummul Mukminin Membersihkan bekas air mani
Dari Aisyah, ia berkata, “Saya dahulu mencuci air mani dari pakaian Rasulullah, kemudian beliau pergi shalat, sedangkan bekas cucian ada pada pakaiannya, yaitu air yang masih basah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menyiapkan Air Dan Menutupi Suami Mandi
Dari Maimunah, ia berkata, “Pada suatu kali aku menyiapkan air (mandi) untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. ketika beliau sedang mandi, aku menutupi beliau dengan sehelai kain. Setelah selesai, ketika aku berikan handuk kepada beliau dan beliau tidak menolaknya” (HR. Nasa’i)
Mandi Bersama
Dari Aisyah ra ia berkata, “Aku biasa mandi bersama dengan nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dengan satu bejana. Kami biasa bersama-sama memasukkan tangan kami (ke dalam bejana)” (HR. Abdurrazaq dan Ibnu Abi Syaibah)
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Az Zuhri dari 'Urwah dari 'Aisyah berkata, "Aku pernah mandi bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari satu ember terbuat dari tembikar yang disebut Al Faraq." (HR. Bukhari)
Dari Mu'adzah, dari Aisyah RA, dia berkata, "Saya dan Rasulullah pernah mandi bersama dari satu bejana, maka beliau mendahului saya, sehingga saya berkali-kali berkata kepadanya, 'Sisakan untukku! Sisakan untukku!'" Aisyah berkata, bahwa keduanya dalam kondisi junub. (HR. Muslim)
Syair dan Dongeng Rasulullah
Bersyair Bersama Istri
Dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sering mengatakan kepadaku, “Apa yang engkau lakukan dengan bait-baitmu”. Saya bertanya, “Bait mana yang engkau maksudkan, karena baitnya banyak”. Beliau bersabda, “Tentang bersyukur”. Saya berkata,”Demi ibu dan bapakku, baiklah. Penyair berkata: Angkatlah orangmu yang lemah, karena kelemahannya tidak membuat lemah. Suatu ketika buahnya akan merayap mengenaimu, membalasmu atau memberimu pujian. Dan orang yang memujimu karena perbuatanmu yang baik, seperti orang yang membalas. Sesungguhnya jika engkau ingin menggantungkan diri pada si dermawan, maka engkau tidak akan membuat talinya yang kuat menjadi rapuh”(HR. Baihaqi)
Ketika Rasulullah Mendongeng
Aisyah menceritakan bahwa dalam suatu kesempatan Rasulullah pernah mengisahkan suatu dongeng kepadanya untuk mengisi waktu : Ada 11 orang perempuan di masa Jahiliyyah berkumpul dan saling berjanji untuk jujur dan tidak saling merahasiakan sesuatu pun tentang tingkah laku suaminya.“Suamiku itu sangat pelit dan sangat buruk akhlaknya” Kata wanita pertama “Suamiku tidak berani aku ceritakan dengan terus terang keadaannya, karena aku khawatir berkepanjangan untuk dibicarakan. Jika aku ceritakan, takut bulu kuduk yang mendengarkannya berdiri semua dan keringat jadi bercucuran” Kata wanita kedua. “Suamiku sangat cerewet. Kalau aku katakan kekurangannya, dia jatuhkan talak. Jika aku diam, dia membuatku terkatung-katung” Aku wanita ketiga. “Suamiku itu rakus. Kalau makan dan minum tidak pernah tersisa. Ia juga tidak pernah membelaiku” Ungkap wanita keempat “Suamiku tukang pukul dan bersifat jelek. Jika kalian jadi isterinya, dia akan mematahkan anggota badanmu” Kata wanita kelima. “Suamiku ibarat hawa Tihamah, tidak panas, tida dingin, tidak menakutkan, tapi juga tidak membosankan” Jelas wanita keenam. “Suamiku kalau di rumah ibarat malu-malu kucing. Akan tetapi jika sudah keluar rumah ia seperti singa dan tidak perlu ditagih apa yang dijanjikannya” Kata wanita ketujuh. “Suamiku kulitnya halus seperti bulu kelinci dan tubuhnya wangi seperti melati. Aku menyukainya dan orang-orang juga menyukainya” Tambah wanita kedelapan. “Suamiku punya rumah yang sangat besar, orang terpandang, suka menjamu tamu dan rumahnya dekat dengan gedung musyawarah” Wanita kesembilan menimpali. “Suamiku bernama Malik. Ia lebih baik dari namanya (raja). Ia punya unta yang banyak dan sedikit tempat menggembalanya. Kalau mendengar kedatangan kafilah menabuh genderang, unta-unta itu yakin bahwa mereka akan disembelih” Sindir wanita kesepuluh tentang suaminya. “Suamiku ibarat Abu Zar’ (Pak Petani) dan aku adalah Ummu Zar’ (Ibu Petani)” Ungkap Wanita kesebelas. “Ia memberiku banyak perhiasan, dapat menyenangkan aku dan akupun dapat menyenangkannya. Dulu aku adalah gadis padang rumput namun kini ia berhasil memberiku kuda, unta, tepung dan penggilingan. Kalau di sisinya aku suka bicara dan tidak pernah dicelanya meski aku selalu santai di rumah”. “Putra kami memiliki tempat tidur yang mewah dan selalu makan dengan paha angsa. Sementara putri kami adalah kesayangan kami. Badannya gemuk sehingga membuat iri orang lain. Begitu pula dengan tetangga kami, mereka tidak suka menggosip, tidak suka mencuri dan membuang sampah sembarangan” Tambahnya. “Namun pada suatu hari ketika akan berangkan ke ladang, ia bertemu dengan seorang perempuan muda yang sangat cantik yang menggendong kedua anaknya. Ia tertarik pada wanita dan ia menceraikan aku. Beberapa hari setelah itu, akupun menikah lagi dengan seorang laki-laki terhormat di kalangan sahabat. Ia seorang penunggang kuda, pemanah, dan memberiku harta yang sangat banyak meski bila harta itu ku kumpulkan jadi satu tidak akan sampai sekaleng kecilnya dari pemberian Abu Zar’” Cerita wanita itu. Usai mendongengkan kisah itu, Rasulullah kemudian memandang ke Aisyah dengan penuh senyum. “Aku dan kamu adalah seperti Abu Zar’ dengan Ummu Zar’ tetapi Abu Zar’ menceraikan isterinya sedang aku tidak menceraikanmu” Kata beliau yang disambut pelukan oleh Aisyah, sang istri tercinta, yang terharu mendengar perkataan beliau. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibadah Bersama Istri
Mencium Istri Sebelum Shalat
Diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan shalat tanpa memperbaharui wudhu'." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam biasa mencium istri-istrinya setelah wudhu, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi wudhunya” (HR. Aburrazaq)
Dari Hafshah, putri Umar ra, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam biasa mencium istriya sekalipun sedang berpuasa” (HR. Ahmad)
Shalat Di Sebelah Istri
Dari Maimunah ra, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam biasa shalat dan saya tidur di sampingnya. Terkadang pakaian beliau menyentuh saya ketika beliau sujud. Beliau shalat di tikar kecil” (HR. Ibnu Abi Syaibah)
dari 'Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata, "Aku pernah tidur di depan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sementara kedua kakiku di arah Qiblat (shalatnya). Jika sujud beliau menyentuh kakiku, maka aku tarik kedua kakiku. Dan jika berdiri aku kembali meluruskan kakiku." 'Aisyah berkata, "Pada saat itu di rumah-rumah belum ada lampu penerang." (HR. Bukhari)
dari 'Aisyah berkata, "Sangat buruk apa yang kalian lakukan dengan menyamakan kami dengan anjing dan keledai! Sungguh, aku pernah lihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat sedangkan aku berbaring antara beliau dan arah kiblatnya. Jika akan sujud beliau mendorong kakiku dengan tangannya, maka aku pun segera menarik kedua kakiku." (HR. Bukhari)
Menghormati Ibadah Istri
'Aisyahradhiyallahu 'anha menceritakan: "Suatu kali aku pergi melaksanakan umrah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dari kota Madinah. Ketika tiba di kota Makkah, aku berkata: "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, engkau mengqasar shalat namun aku menyempurnakan-nya, engkau tidak berpuasa justru aku yang berpuasa?" beliau menjawab: "Bagus, wahai 'Aisyah!" Beliau sama sekali tidak mencela diriku." (HR. An-Nasaai)
Membangunkan Istri Untuk Shalat
Aisyah Radhiallaahu anha menceritakan: Rasulullah biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir." (Muttafaq 'alaih).
Mengajarkan Zikir Kepada Istri
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah keluar dari rumah Juwairiyah. Nama Juwairiyah adalah Burrah, lalu dirubahnya. Beliau keluar, sedang Juwairiyah masih tetap di tempat shalatnya. Lalu beliau kembali, namun dia masih tetap di tempat shalatnya. Setelah itu beliau bersabda, 'Kamu masih saja di tempat shalatmu ini?' Jawabnya, 'Ya.' Beliau bersada, Aku telah berkata kepada orang-orang selain kamu empat kalimat. Beliau mengucapkannya tiga kali. Kalau tiga kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan tadi, pasti memadainya, yaitu, "Subhaanallaahi wabihamdih, 'adada khalqih, wa ridhaa nafsih, wa zinata 'arsyih, wa midaada kalimaatih (Maha Suci Allah dan dengan memuji-Nya, sebanyak bilangan makhluk-Nya, kesukaan diri-Nya, timbangan arsy-Nya, dan sebanyak kalimat-nya)""(HR. Muslim)
Khadijah dan Kecemburuan Aisyah
Kabar Gembira Untuk Khadijah
Telah bercerita kepada kami Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Muhammad bin Fudlail dari 'Umarah dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; 'Malaikat Jibril 'alaihis salam mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata; "Wahai Rasulullah, Ini Khadijah, datang membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Bila nanti dia sudah menjumpaimu, sampaikan salam dari Rabb-Nya dan dariku dan berilah kabar gembira kepadanya dengan rumah di surga yang terbuat dari mutiara yang isinya tidak ada suara hiruk pikuk dan kelelahan". (HR. Bukhari)
Pujian Rasul Untuk Khadijah
Dan cukuplah untuk sebuah hadits yang disabdakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sebagai bukti akan hal ini: “sebaik-baiknya wanita penghuni surga adalah Khadijah binti Khuwailid dan sebaik-baiknya wanita penghuni dunia adalah Maryam binti Imran” (HR. Bukhari).
Kecemburuan Aisyah Terhadap Cinta Rasulullah Kepada Khadijah
Telah menceritakan kepada kami Ubaid bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Hisyam dari Ayahnya dari Aisyah radliallahu 'anha dia berkata; "Aku tidak pernah merasa cemburu kepada siapapun melebihi kecemburuanku kepada Khadijah sungguh dia telah wafat tiga tahun sebelum beliau menikahiku. Menurut apa yang aku dengar beliau suka menyebut-nyebutnya. Sungguh, Rabbnya telah memerintahkan kepada beliau agar memberi kabar gembira kepadanya dengan istana dari permata di surga. Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyembelih seekor kambing, maka beliau suka menghadiahkannya kepada para sahabat-sahabatnya Khadijah dari pada dirinya." (HR. Bukhari)
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Demi Allah, saya tidak pernah merasa cemburu kepada para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang lain kecuali kepada Khadijah, meskipun ia tidak hidup semasa dengan saya. Pernah, pada suatu hari, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menyembelih seekor kambing, beliau berkata, 'Berikanlah sebagian daging kambing ini kepada teman-teman Khadijah.' Suatu ketika saya marah kepada Rasulullah sambil berkata, "Khadijah?" Lalu beliau menjawab, "Sesungguhnya aku benar-benar telah dianugerahi cinta Khadijah." (HR. Muslim)
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Tidaklah aku cemburu kepada salah seorang istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana kecemburuanku terhadap Khadijah. Padahal ia meninggal dunia sebelum beliau menikahi aku. Dan disebabkan aku sering mendengar beliau menyebut-nyebutnya (memuji dan menyanjungnya) dan Allah memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya bahwa dia akan mendapatkan rumah terbuat dari mutiara (di surga kelak). Dan apabila beliau menyembelih kambing, beliau selalu menghadiahkan bagian kambing itu untuk teman-temannya Khadijah apa yang dapat mencukupi mereka".(HR. Bukhari)
Aisyah Radhiyallahu anha pernah berkata, “Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi Shalallahu alaihi wassalam seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, “Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu”. Beliau bersabda, “Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku” (Diriwayatkan Bukhari).
Dan telah berkata Isma'il bin Khalil telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Mushir dari Hisyam dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Halah binti Khuwalid, saudara perempuan Khadijah meminta izin Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau teringat cara Khadijah meminta izin. Beliau tertegun sejenak namun segera berujar: "Ya Allah, ini Halah". 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; "Aku menjadi cemburu karenanya lalu aku katakan; "Kamu mengingat terus si tua bangka peyot dari Quraisy itu dan yang kedua rahangnya telah merah itu (sindiran untuk orang yang sudah tua). Dia telah lama mati. Padahal Allah telah memberi ganti untukmu dengan yang lebih baik darinya?". (HR. Bukhari)
Suatu hari, Rasulullah sedang berada di depan rumah. Tiba-tiba Rasulullah meninggalkan Aisyah, menghampiri seorang perempuan. Rasulullah memanggilnya dan menyuruh perempuan itu duduk di hadapannya kemudian mengajaknya bicara. Aisyah bertanya, “Siapakah perempuan tua ini ?” Rasul menjawab, “Inilah sahabat Khadijah dulu.” Lalu Aisyah berkata, “Engkau sebut-sebut juga Khadijah, padahal Allah telah menggantikannya dengan istri yang lebih baik.” Ketika itu “marah” lah Rasul, lalu beliau berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah. Dialah yang memberikan kepadaku kebahagiaan ketika orang mencelakakanku. Dialah yang menghiburku dalam penderitaan ketika semua orang membenciku. Dialah yang memberikan seluruh hartanya kepadaku ketika semua orang menahan pemberiannya. Dan dialah yang menganugerahkan kepadaku anak ketika istri-istri yang lain tidak memberikannya.” Mendengar itu Aisyah tidak dapat memberikan jawaban. (HR. Bukhari dan Muslim).
Keistimewaan Aisyah
Mimpi Rasulullah Diperlihatkan Aisyah
Rasulullah berkata kepada Aisyah, “Aku melihat dirimu dalam mimpi selama tiga malam. Engkau datang bersama malaikat terbungkus dengan kain sutra. Malaikat tersebut berkata, “Ini adalah istrimu!” Kemudian aku singkap kain tersebut ternyata engkau berada di dalamnya. Maka aku katakan, “Sesungguhnya menikahimu adalah perintah dari Allah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Tanda Marah
Dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda kepadaku: "Sesungguhnya aku benar-benar tahu saat kamu ridla padaku dan saat kamu tidak ridla denganku." Aisyah berkata; Aku bertanya, "Dari mana Anda mengetahui hal itu?" maka beliau pun menjawab: "Jika kamu ridla terhadapku maka engkau berkata, 'Demi Rabb Muhammad.' Namun bila kamu sedang marah denganku, maka kamu berkata, 'Tidak. Demi Rabb Ibrahim.'" Aku pun berkata, "Demi Allah wahai Rasulullah, aku tidak meninggalkan namamu." (HR. Bukhari)
Mencintai Aisyah dan Ayah Mertua
Dari Abu 'Utsman bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutusnya Amru bin Ash untuk memimpin pasukan kaum muslimin dalam perang Dzatus Salasil. Amru bin Al Ash berkata; Aku menemui Rasulullah seraya bertanya; Ya Rasulullah, siapakah orang yang engkau cintai? Rasulullah menjawab; 'Aisyah.' Lalu saya tanyakan lagi; Kalau dari kaum laki-laki, siapakah orang yang paling engkau cintai? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: 'Ayah Aisyah (Abu Bakr).' saya bertanya lagi; lalu siapa? Rasulullah menjawab: 'Umar bin Khaththab.' Kemudian beliau menyebutkan beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu aku pun diam karena aku takut termasuk orang yang paling terakhir.'(HR. Bukhari)
Menyampaikan Salam Jibril untuk Aisyah
'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Pada suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata:"Wahai 'Aisyah, ini ada malaikat Jibril datang untuk menyampaikan salam kepadamu". Aku katakan; "Wa 'alaihis salam wa rahmatullahi wa barakaatuh (Salam sejahtera, rahmat Allah dan barakah-Nya baginya), baginda dapat melihat sesuatu yang aku tidak melihatnya". Yang dimaksud bisa melihat oleh 'Aisyah adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. Bukhari)
Aisyah radhiyallah 'anha menuturkan: "Pada suatu hari Rasu-lullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadanya: "Wahai 'Aisy (panggilan kesayangan 'Aisyah radhiyallahu 'anha ), Malaikat Jibril shallallahu 'alaihi wasallam tadi menyampaikan salam buatmu." (HR.Bukhari danMuslim)
Rasulullah Memberikan Pilihan Kepada Aisyah
Aisyah radliallahu 'anha -istri Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam- mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendatangi Aisyah ketika Allah menyuruhnya untuk memilih (cerai atau tetap bersama) para istrinya, beliau memulai denganku. Beliau bersabda: "Saya hendak memberitahukan kepadamu hal yang sangat penting, karena itu, janganlah kamu terburu-buru menjawabnya sebelum kamu bermusyawarah dengan kedua orang tuamu." Dia (Aisyah) berkata; Beliau tahu benar, kedua orang tuaku tidak akan mengizinkanku bercerai dengan beliau. Dia (Aisyah) melanjutkan; Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah berfirman: 'Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, jika kalian menghendaki kehidupan dunia beserta perhiasannya, marilah kuberikan kepadamu suatu pemberian, kemudian kuceraikan kamu dengan cara yang baik, dan jika kalian menghendaki Allah dan Rasul-Nya serta kampung akhirat, sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang besar bagi yang berbuat kebajikan di antara kamu'. Al Ahzab: 28). Aisyah berkata; Apa untuk yang seperti ini saya harus minta musyawarah kepada kedua orang tuaku?, sudah tentu saya menghendaki Allah dan Rasul-Nya serta kampung akhirat. (HR. Bukhari)
Fatimah Menjadi Delegasi Ummul Mukminin
Dari Aisyah RA, istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dia berkata, "Pada suatu hari, para istri Rasulullah mengutus Fatimah binti Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam untuk menghadap kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Lalu Fatimah meminta izin kepada Rasulullah, yang ketika itu sedang berbaring bersama saya dengan mengenakan selimut saya, dan beliau pun mempersilahkan Fatimah untuk masuk." Fatimah berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya para istri engkau telah mengutus saya kepada engkau untuk menuntut keadilan tentang putri Abu Quhafah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan saya terdiam tidak dapat memberikan jawaban." Aisyah berkata, "Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya kepada Fatimah, 'Hai puteriku, tidakkah kamu menyenangi apa yang aku senangi?' Fatimah menjawab, "Tentu saja." Rasulullah berkata, "Kalau begitu, maka cintailah wanita ini." Aisyah berkata, "Setelah mendengar jawaban Rasulullah, Fatimah langsung berdiri dan memberitahukan kepada mereka, istri-istri Rasulullah, tentang apa yang dia katakan dan apa yang dikatakan oleh Rasulullah kepadanya." Para istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam berkata kepadanya, "Hai Fatimah, sebenarnya kami mengutusmu kepada beliau tadi itu tidak memberikan keuntungan apa pun kepada kami. Oleh karena itu, kembalilah kepada ayahmu itu dan katakan kepada beliau, 'Sesungguhnya para istri-istri engkau tengah menuntut keadilan tentang puteri Abu Quhafah." Fatimah berkata, "Demi Allah, saya tidak akan berani mengatakan itu kepada Rasulullah untuk selamanya."
Aisyah berkata, "Kemudian para istri Rasulullah bersepakat untuk mengutus Zainab binti Jahsy RA, salah seorang istri Rasulullah. Aisyah berkata, "Zainab adalah salah seorang istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam yang pernah tawar menawar dengan saya mengenai giliran bersama Rasulullah. Dan lagi, menurut hemat saya, tidak ada perempuan lain yang melebihi Zainab dalam kebaikan agamanya, ketakwaannya kepada Allah, kebenaran pembicaraannya, silaturahimnya, banyaknya sedekah, banyaknya amal kebajikan, dan taqarrubnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.' Aisyah berkata, "Kemudian Zainab memohon izin kepada Rasulullah untuk masuk ke dalam rumah, di mana pada saat itu Rasulullah sedang bersama Aisyah dengan mengenakan kain selimutnya, sebagaimana keadaan ketika beliau bersama Aisyah pada saat didatangi oleh Fatimah. Lalu Rasulullah mempersilahkan Zainab masuk ke dalam. Setelah itu, Zainab pun berkata, 'Ya Rasulullah, sesungguhnya para istri engkau menuntut keadilan, tentang puteri Abu Bakar.' Aisyah berkata, "Kemudian Zainab menerjang dan menindih tubuh saya beberapa lamanya, sementara saya hanya memperhatikan Rasulullah melalui sorot mata beliau, apakah beliau mengizinkan saya untuk balas menerjang Zainab atau tidak?" Aisyah berkata, "Zainab terus menindih saya hingga saya tahu bahwasanya Rasulullah tidak akan marah jika saya membalas serangan Zainab hingga saya menang. Setelah itu, saya pun berhasil menerjang dan menindih Zainab dengan serangan yang lembut." Kemudian Rasulullah tersenyum sambil berkata, "Aisyah memang puteri Abu Bakar." (HR. Muslim)
Meminta izin Untuk Menetap di Rumah Aisyah
Ketika beliau sakit dan istri beliau berkumpul, maka beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak mampu memenuhi giliran antara kalian. Jika kalian mengizinkan aku menetap di rumah Asiyah, semoga kamu melakukannya” Mereka para istri pun mengizinkan beliau (HR. Abu Dawud)
Ummu Salamah Menolak Memberikan Hadiah Giliran
Yahya bin Darusta Al Bashri menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Hisyam bin urwah, dari ayah Hisyam yaitu Urwah, dari Aisyah, ia berkata: Orang-orang berusaha memberikan hadiah mereka (kepada Rasulullah) pada hari giliran Aisyah (agar mereka mendapatkan keridhaan Rasulullah). Sahabat-sahabatku (istn-istri Rasulullah yang lain) kemudian berkumpul di rumah Lmmu Salamah, lalu mereka berkata, "Wahai Ummu Salamah, sesungguhnya orang-orang berusaha memberikan hadiah mereka kepada Rasulullah pada hari giliran Aisyah, sementara kami pun menghendaki kebaikan sebagaimana Aisyah menghendaki. Katakanlah kepada Rasulullah agar beliau memerintahkan orang-orang memberikan hadiah kepadanya di manapun beliau berada." Ummu Salamah kemudian menceritakan itu —kepada Rasulullah—, dan beliau berpaling darinya. Beliau kemudian kembali kepada Ummu salamah, dan Ummu Salamah pun mengulangi perkataan (itu). Ia berkata, "Ya Rasulullah, sesungguhnya sahabat-sahabatku menyebutkan bahwa orang-orang berusaha memberikan hadiah mereka (kepadamu) pada hari (giliran) Aisyah. Maka perintahkanlah orang-orang agar memberikan hadiah di manapun engkau berada. Ketika ketiga kalinya Ummu Salamah mengatakan itu, beliau bersabda, "Wahai Ummu Salamah, janganlah engkau menyakitiku berkenaan dengan Aisyah. Sesungguhnya wahyu belum pernah diturunkan kepadaku, sementara aku berada di dalam selimut perempuan dari (kalangan) kalian, selain ia (Aisyah). " (HR. Bukhari dan Muslim)
Ummul Mukminin Memberikan Hadiah Giliran Kepada Aisyah
Tatkala Rasulullah sakit sepulang dari Haji Wada’, dan beliau merasakan telah usailah perjalanan beliau setalah menunaikan amanah dan menyampaikan risalah, maka beliau berkata di saat istri-istri beliau yang mengelillingi beliau, “Di mana giliran saya untuk bermalam besok?..dimana giliran saya besok lusa?” Seolah-olah beliau merasakan lama sekali menanti giliran Aisyah. Maka hati para Ummul Mukminin menyadari bahwa Rasulullah ingin melewati sakitnya di tempat yang beliau sukai. Maka mereka seluruhnya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah menghadiahkan giliran kami kepada Aisyah” (HR. Muslim)
Kebanggan Saudah
Memperingatkan Kesalahan Saudah
Kaum Muslimin memasuki Medinah sehari sebelum tawanan-tawanan perang sampai. Setelah mereka dibawa dan Sauda bt. Zam'a isteri Nabi baru saja pulang melawati11 orang mati pada kabilah Banu 'Afra', tempat asalnya, dilihatnya Abu Yazid Suhail b. 'Amr, salah seorang tawanan, yang kedua belah tangannya diikat dengan tali ke tengkuk, ia tak dapat menahan diri. Dihampirinya orang itu seraya katanya:
"Oh Abu Yazid! Kamu sudah menyerahkan diri. Lebih baik mati sajalah dengan terhormat!."
"Sauda!" Muhammad memanggilnya dan dalam rumah. "Kau membangkitkan semangatnya melawan Allah dan RasulNya!"
"Rasulullah," katanya. "Demi Allah Yang telah mengutusmu dengan segala kebenaran. Saya sudah tak dapat menahan diri ketika melihat Abu Yazid dengan tangannya terikat di tengkuk sehingga saya berkata begitu." (Siroh Muhammad Husain Haikal)
Kebanggaan Saudah
Ketika Saudah sudah tua Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berniat hendak mencerainya, maka saudah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wahai Rasulullah janganlah engkau menceraikanku, bukanlah aku masih menghendaki laki-laki, tetapi karena aku ingin dibangkitkan dalam keadaan menjadi istrimu, maka tetapkanlah aku menjadi istrimu dan aku berikan hari giliranku kepada Aisyah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabulkan permohonannya dan tetap menjadikannya menjadi salah satu dari seorang istrinya sampai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meninggal. Dalam hal ini turunlah ayat Al-Qur’an, yang artinya: “Dan jika seorang wanita kuatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik..” (QS. An-Nisa’:128). (HR. Tirmidzi).
Kebaikan hati saudah
Aisyah berkata: Saudah meminta izin kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada waktu malam Muzdalifah untuk berangkat ke Mina sebelum berdesak-desakkannya manusia, adalah dia perempuan yang berat jika berjalan, sungguh kalau aku meminta izin kepadanya sungguh lebih aku sukai daripada orang yang dilapangkan. (Thabaqah Qubra).
Aisyah berkata: Aku tidak pernah melihat seorang wanita yang paling aku ingin sekali menjadi dia daripada Saudah binti Zam’ah, ketika dia tua dia berikan gilirannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Aisyah. ( HR. Muslim).
Dari Aisyah RA, dia berkata, "Aku tidak pernah melihat orang yang lebih aku sayangi dalam keteladanannya daripada Saudah binti Zam'ah yang memiliki kecerdasan." Kata Aisyah, "Ketika Saudah telah tua, dia memberikan jatah gilirannya dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kepadaku." Ia (Saudah) berkata, 'Ya Rasulullah! Hari giliranku aku berikan kepada Aisyah."' Dengan demikian maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menggilir Aisyah selama dua hari, satu hari dari jatah Aisyah sendiri dan satu hari dari jatah Saudah. (HR. Muslim)
Kecemburuan Kepada Shafiyyah
Kecemburuan Aisyah Pada Shafiyyah
Begitupula kecemburuan Aisyah terhadap Shafiyah. Tatkala Rasulullah tiba di Madinah bersama Shafiyah yang telah dinikahinya, dan beliau berbulan madu bersamanya ditengah jalan, maka Aisyah berkata, “Aku menyamar lalu keluar untukmelihat. Namun beliau mengenaliku. Beliau hendak menghampiriku, namun aku berbalik dan mempercepat langkah kaki. Namun beliau dapat menyusul lalu merengkuhku, seraya bertanya,”Bagaimana pendapatmu tentang dia?” Aku menjawab, “Dia adalah wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan” (ditakrij Ibnu Majah).
Aisyah r.a berkata “Suatu hari aku keluar bersama Rasulullah dan beberapa istri beliau ikut serta. Pada saat itu barang bawaanku ringan dan aku menunggangi unta yang kuat, sedangkan barang-barang Shafiyah r.a berat dan dia menunggangi unta yang lemah dan lamban sehingga kami pun terpaksa berjalan pelan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian berkata “Pindahkan barang-barang Aisyah ke unta Shafiyah dan pindahkan barang-barang Shafiyah ke unta Aisyah agar kita bisa meneruskan perjalanan. Melihat hal itu aku emosi dan berkata “Wahai hamba Allah, bagaimana bisa Rasulullah mengesampingkan kita dan mendahulukan perempuan Yahudi ini”. Dengan serta merta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab “Wahai Ummu Abdillah, barang bawaanmu ringan sementara barang bawaan Shafiyah berat, maka kami pindahkan barang-barangnya ke untamu dan barang-barangmu ke untanya” Aku berkata “Bukankah engkau Rasulullah?” Rasulullah hanya tersenyum seraya berkata “Apakah engkau masih meragukanku wahai Ummu Abdillah?” “Bukankah engkau Rasulullah?, Tapi mengapa tidak adil?” Waktu itu ayahku, Abu Bakar r.a mendengar perkataanku dan kesal, lalu dia mendatangiku dan hendak menamparku. Tapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam melindungiku “Sabar, Abu Bakar” Abu Bakar r.a marah dan berkata “Wahai Rasulullah tidakkah kau dengar apa yang dikatakannya?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab “Wanita yang sedang cemburu itu tidak bisa melihat bawah lembah dari atasnya” (HR Ibnu Hibban)
Dari Aisyah, dia berkata,“Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, yang ketika itu beliau di rumahku.Seketika itu badanku gemetar karena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Akupun menjadi menyesal sendiri. Aku berkata,”Wahai Rasulullah, apa tebusan atas apa yang aku lakukan ini?” Beliau menjawab, “bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama” (ditakrij Abu Daud dan An-Nasa’i)
Menghentikan Ghibah Istri Pada Shafiyyah
'Aisyahradhiyallahu 'anha pernah berkata: "Cukuplah bagimu tentang kekurangan Shafiyyahradhiyallahu 'anhabahwa dia begini dan begini." Perawi menjelaskan: Yaitu pendek tubuhnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam langsung menegur: "Engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mengotorinya." (HR. Abu Daud)
Memperingatkan Istri Yang Mengghibah Shafiyah
Dari Zaid bin Aslam bahwasanya ketika Rasulullah Shollallahu ’Alayhi wa Sallam jatuh sakit yang kemudian sesudahnya beliau meninggal, Shafiyyah berkata: ”Wahai Nabiyullah aku sangat ingin kalau yang menimpamu itu menimpaku” maka serentak istri-istri Rasulullah Shollallahu ’Alaihi wa Sallam yang lain memandang tajam kepada Shafiyyah, Rasulullah Shollallahu ’Alayhi wa Sallam melihat hal itu dan berkata kepada istri-istrinya :”Berkumurlah kalian!”. Mereka berkata: ”Karena sebab apa?”, Rasulullah Shollallahu ’Alayhi wa Sallam berkata: ”Karena pandangan kalian kepada Shafiyyah. Demi Alloh sungguh benar ucapannya”. (HR. Ibnu Sa’ad)
Rasulullah Memuji dan Membela Shafiyah
Ishaq bin Manshur dan Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abdurrazaq mengabarkan kepada kami, Ma'mar mengabarkan kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata: Shafiyyah menyampaikan bahwa Hafshah mengatakan "Anak perempuan Yahudi" (kepadanya), sehingga ia pun menangis. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian menemuinya, sementara ia sedang menangis. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Shafiyyah menjawab, "Hafshah mengatakan kepadaku bahwa aku adalah anak perempuan seorang Yahudi." Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya engkau adalah anak perempuan seorang nabi, pamanmu seorang nabi, dan sesungguhnya engkau (pun) bersuamikan seorang nabi. Lalu, pada sesuatu apa ia bersikap sombong kepadamu?" Beliau kemudian bersabda, "Takutlah engkau kepada Allah, wahai Hafshah. " (HR. Tirmidzi)
Mencegah Gosip Mengenai Shafiyyah
Dari Ali bin Al Hasan bahwa Shafiyah binti Huyay isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan kepadanya, bahwa dia pernah datang mengunjungi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau tengah beri'tikaf di Masjid pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Lalu dia berbincang-bincang dengan Nabi hingga menjelang Isya', setelah itu dia beranjak untuk kembali pulang, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ikut pergi bersamanya hingga ketika sampai agak jauh dari pintu masjid dan dekat rumah Ummu Salamah, istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dua orang laki-laki kaum Anshar lewat dan keduanya memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian bergegas pergi. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada keduanya: "Kenapa terburu-buru? sesungguhnya dia adalah Shafiyah binti Huyay." Kedua orang itu berkata; "Maha suci Allah, wahai Rasulullah." Maka dengan ucapan dua orang tersebut, beliau jadi tercengang. (sabdanya): "Sesungguhnya syetan masuk kepada manusia lewat aliran darah dan aku khawatir bila syetan telah membisikkan sesuatu dalam hati kalian berdua." (HR. Bukhari)
Kecemburuan Ummul Mukminin
Ibumu Sedang Cemburu
Dari Anas ia berkata; Suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada di tempat isterinya. Lalu salah seorang Ummahatul Mukminin mengirimkan hidangan berisi makanan. Maka isteri Nabi yang beliau saat itu sedang berada dirumahnya memukul piring yang berisi makanan, maka beliau pun segera mengumpulkan makanan yang tercecer ke dalam piring, lalu beliau bersabda: "Ibu kalian rupanya sedang terbakar cemburu." Kemudian beliau menahan sang Khadim (pembantu) hingga didatangkan piring yang berasal dari rumah isteri yang beliau pergunakan untuk bermukim. Lalu beliau menyerahkan piring yang bagus kepada isteri yang piringnya pecah, dan membiarkan piring yang pecah di rumah isteri yang telah memecahkannya. (HR. Bukhari)
Menasihati Istri Yang Cemburu
Dari Aisyah, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wassalam keluar dari rumahnya pada suatu malam.Aisyah menuturkan, “Maka akupun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku.”apakah engkau sedang cemburu?” tanya beliau.”Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau ?” “Rupanya syetan telah datang kepadamu”, sabda beliau”Apakah ada syetan besertaku?’ tanyaku “Tak seorangpun melainkan bersamanya ada syetan” jawab beliau.”Besertamu pula?” tanyaku.“Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat”, jawab beliau. (ditakrij Muslim dan Nasa’i)
Pertengkaran Aisyah dan Zainab
Dari Anas RA, dia berkata, "Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memiliki sembilan orang istri. Apabila beliau menggilir di antara mereka, tidaklah kembali lagi pada giliran pertama kecuali setelah sembilan hari. Para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam setiap malam berkumpul di rumah istri yang mendapat giliran. Kebetulan saat itu giliran di rumah Aisyah, kemudian datanglah Zainab, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam mengulurkan tangan kepadanya, kemudian Aisyah berkata, 'Ini Zainab!' Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam melepaskan tangannya. Lalu Aisyah dan Zainab bertengkar mulut sehingga saling menjelekkan. Kemudian tibalah waktu shalat. Lalu Abu Bakar RA lewat di situ dan mendengar suara mereka berdua. Kemudian Abu Bakar mengatakan, 'Ya Rasulullah, marilah keluar untuk shalat dan sumbatlah mulut mereka dengan tanah!' Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam keluar. Kata Aisyah, 'Sekarang Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sedang mengerjakan shalat, dan Abu Bakar akan datang memarahiku.' Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam selesai shalat, Aisyah didatangi oleh Abu Bakar, lalu ia memarahi Aisyah. Kata Abu Bakar, 'Seperti inikah perbuatanmu?'" (HR. Muslim)
Gejolak Rumah Tangga Rasul
Perang dan Damai
Suatu hari Abu Bakar datang menemui Rasulullah, namun tiba-tiba ia mendengar Aisyah sedang marah kepada Rasulullah, suaminya. Maka Abu Bakar meminta izin kepada beliau untuk menemui Aisyah. “Apakah patut bagimu mengangkat suaramu kepada Rasulullah?” Tegur Abu Bakar kepada putrinya dengan marah. Abu Bakar sudah bersiap menampar Aisyah namun dengan sigap Rasulullah menengahi mereka berdua dan melerainya. Setelah Abu Bakar keluar, Rasulullah kemudian menghampiri Aisyah yang masih merajuk. “Bagaimana? Tidakkah kau lihat aku telah menyelamatkanmu dari tamparan ayahmu?” Rayu Rasulullah Beberapa saat kemudian, Abu Bakar kembali datang lagi menemui Rasulullah. Ketika masuk rumah beliau, Abu Bakar merasa heran karena ia mendapati Rasulullah dan Aisyah sudah bersendagurau dengan riang kembali. “Ya Rasulullah, ajaklah aku bergembira dalam kebahagiaan kalian sebagaimana kalian mengajakku dalam perang kalian tadi” Pinta Abu Bakar yang disambut tawa oleh suami isteri itu (HR. Ahmad)
Rasulullah Dituntut Uang Belanja
Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata, "Abu Bakar RA berkunjung ke rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu dia minta izin masuk, tiba-tiba Abu Bakar melihat orang-orang duduk di muka pintu rumah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tanpa seorangpun yang diizinkan masuk." Jabir berkata, "Kemudian Abu Bakar dipersilakan masuk, lalu dia pun masuk. Setelah itu Umar RA menyusul lalu dipersilakan masuk. Umar RA mendapati Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam sedang duduk dikerumuni oleh istri-istri beliau. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tampak murung dan tidak berkata-kata." Kata Jabir, "Kemudian Umar berkata, 'Aku akan mengucapkan sesuatu yang bisa membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam tertawa.' Umar berkata, 'Ya Rasulullah! Seandainya engkau melihat anak perempuan Kharijah menuntut belanja (yang berlebihan) kepada saya, maka saya akan berdiri mendekatinya, lalu saya pegang lehernya.' Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tertawa, kemudian berkata, 'Mereka (para istriku) mengerumuniku sebagaimana yang engkau lihat, semuanya menuntut belanja yang mewah dari aku' Mendengar itu, Abu Bakar lalu berdiri mendekati Aisyah, kemudian memegang leher Aisyah. Umar pun berdiri mendekati Hafshah kemudian memegang leher Hafshah. Kemudian berkata, 'Kalian meminta dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sesuatu yang tidak beliau miliki?' Katakanlah, 'Demi Allah, kami tidak akan meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sesuatu yang tidak beliau miliki, selamanya!' Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menghindari istri-istri beliau selama satu bulan atau 29 hari, lalu turunlah ayat berikut, 'Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu...' sampai firman-Nya, 'Bagi siapa yang berbuat adil di antaramu pahala yang besar."'' (Qs. AI Ahzaab(33): 28-29) Kata Jabir, "'Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mulai memberikan penawaran kepada Aisyah. Beliau bertanya, "Hai Aisyah! Sesungguhnya aku ingin menawarkan sesuatu kepadamu, aku harap kamu pikirkan yang matang sehingga kamu meminta pendapat kedua orang tuamu.' Aisyah bertanya, 'Tawaran apa itu wahai Rasulullah?' Rasulullah kemudian membacakan ayat tersebut kepada Aisyah. Aisyah menjawab, 'Ya Rasulullah, tidak mungkin saya meminta saran kedua orang tua saya mengenai engkau. Saya jelas akan memilih ridha Allah dan Rasul-Nya, serta memilih kesenangan di negeri Akhirat. Saya mohon kepada engkau agar tidak memberitahukan jawaban ini kepada istri-istri engkau yang lain.' Rasulullah menjawab, 'Siapa pun dari istri-istriku yang menanyakan jawabanmu kepadaku pasti aku akan memberitahukannya, karena Allah Ta'ala tidaklah mengutusku untuk memberikan kesusahan atau memerintahkan kesusahan, melainkan Allah mengutusku untuk memberikan petunjuk yang memudahkan." (HR. Muslim)
Rasulullah Mendiamkan Istri
Ibnu Abbas ia berkata; Pada suatu hari saat kami memasuki waktu pagi, ternyata isteri-isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menangis, dan di samping setiap orang dari mereka terdapat keluarganya. Lalu aku pun keluar menuju Masjid, ternyata masjid telah dipenuhi oleh kerumunan orang-orang. Kemudian datanglah Umar bin Al Khaththab, dan naik hendak menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang tengah berada di dalam kamarnya. Ia pun mengucapkan salam, namun tak seorang pun yang membalas salamnya, lalu ia mengucapkan salam kembali, namun tak juga ada yang menjawabnya. Akhirnya ia pun dipanggil dan menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya, "Apakah Anda telah menceraikan isteri-isteri Anda?" beliau menjawab: "Tidak, tetapi aku telah bersumpah untuk tidak menemui mereka selama satu bulan." Setelah dua puluh sembilan hari berlalu, beliau pun menemui mereka. (HR. Bukhari)
Haditsul Ifki
Prahara Haditsul Ifki
Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari Shalih dari Ibnu Syihab ia berkata; telah menceritakan kepadaku 'Urwah bin Az Zubair dan Sa'id bin Al Musayyab dan 'Alqamah bin Waqash Al Laitsi dan 'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Uqbah bin Mas'ud dari 'Aisyah radliallahu 'anha istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu ketika orang-orang penuduh berkata kepadanya seperti apa yang telah mereka katakan. Mereka semuanya bercerita kepadaku, sekelompok orang becerita berdasarkan apa yang disampaikan 'Aisyah dan sebagian lagi hanya perkiraan mereka, lalu aku menetapkan hadits dari kisah-kisah yang berkenaan dengan peristiwa ini dan aku juga memasukkan hadits-hadits dari mereka yang diceritakan kepadaku dari 'Aisyah dan sebagian lagi hadits saling menguatkan satu sama lain, dimana mereka menduga kepada sebagian yang lain, mereka berkata 'Aisyah berkata:
"Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hendak mengadakan suatu perjalanan, beliau biasa mengundi diantara istri-istri beliau, jika nama seorang dari mereka keluar, berarti dia ikut bepergian bersama beliau. Pada suatu hari beliau mengundi nama-nama kami untuk suatu peperangan yang beliau lakukan, maka keluar namaku hingga aku turut serta bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam setelah turun ayat hijab. Aku dibawa didalam sekedup dan ditempatkan didalamnya. Kami lalu berangkat, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai dari peperangan tersebut, kamipun kembali pulang.
Tatkala kami dekat dengan Madinah, beliau mengumumkan untuk beristirahat malam. Maka aku keluar dari sekedup saat beliau dan rombongan berhenti, lalu aku berjalan hingga meninggalkan pasukan. Setelah aku selesai menunaikan keperluanku, aku kembali menuju rombongan, betapa terkejutnya aku, ketika aku meraba dadaku ternyata kalungku yang terbuat dari negeri Zhafar terjatuh. Maka aku kembali untuk mencari kalungku.
Aisyah melanjutkan; "Kemudian orang-orang yang membawaku datang dan membawa sekedupku, dan menaikkannya di atas unta yang aku tunggangi. Mereka menduga aku sudah berada didalam sekedup itu. Memang masa itu para wanita berbadan ringan, tidak terlalu berat, dan mereka tidak banyak daging, mereka hanya makan sesuap makanan. Oleh karena itu orang-orang yang membawa sekedupku tidak curiga dengan ringannya sekedupku ketika mereka mengangkatnya. Saat itu aku adalah wanita yang masih muda. Lalu mereka menggiring unta dan berjalan. Sementara aku baru mendapatkan kembali kalungku setelah pasukan telah berlalu.
Aku lalu mendatangi tempat rombongan berhenti, namun tidak ada seorangpun yang tertinggal. Setelah itu aku kembali ke tempatku semula dengan harapan mereka merasa kehilangan aku lalu kembali ke tempatku. Ketika aku duduk, aku terserang rasa kantuk hingga akhirnya aku tertidur. Shafwan bin Al Mu'aththal As Sulami Adz Dzakwan datang menyusuk dari belakang pauskan, kemudian dia menghampiri tempatku dan dia melihat ada bayangan hitam seperti orang yang sedang tidur.
Dia mengenaliku saat melihat aku. Dia memang pernah melihat aku sebelum turun ayat hijab. Aku langsung terbangun ketika mendengar kalimat istirja'nya, (ucapan innaa lillahi wa inanaa ilaihi raji'un), saat dia mengenali aku. Aku langsung menutup mukaku dengan jilbabku. Demi Allah, tidaklah kami berbicara sepatah katapun dan aku juga tidak mendengar sepatah katapun darinya kecuali kalimat istirja'nya, dia lalu menghentikan hewan tunggangannya dan merundukkannya hingga berlutut.
Maka aku menghampiri tunggangannya itu lalu aku menaikinya. Dia kemudian berjalan sambil menuntun tunggangannya itu hingga kami dapat menyusul pasukan setelah mereka berhenti di tepian sungai Azh Zhahirah untuk singgah di tengah panasnya siang.
Aisyah berkata; "Maka binasalah orang yang binasa." Dan orang yang berperan besar menyebarkan berita bohong ini adalah Abdullah bin Ubay bin Salul." - 'Urwah berkata; Dikabarkan kepadaku bahwa Abdullah bin Ubay menyebarkan berita bohong itu, menceritakannya, membenarkannya dan menyampaikannya kepada orang-orang sambil menambah-nambahinya-
'Urwah juga berkata; "Tidak disebutkan orang-orang yang juga terlibat menyebarkan berita bohong itu selain Hasaan bin Tsabit, Misthah bin Utsatsah dan Hamnah binti Jahsyi. Aku tidak tahu tentang mereka melainkan mereka adalah sekelompk orang sebagaimana Allah Ta'ala firmankan. Dan yang paling berperan diantara mereka adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. 'Urwah berkata; 'Aisyah tidak suka mencela Hassan, dia berkata bahwa Hassan adalah orang yang pernah bersya'ir: "Sesungguhnya ayahku, dan ayahnya serta kehormatanku adalah untuk kehormatan Muhammad sebagai tameng dari kalian."
Selanjutnya 'Aisyah berkata; "Setibanya kami di Madinah, aku menderita sakit selama satu bulan sejak kedatanganku, sementara orang-orang sibuk dengan berita bohong yang diucapankan oleh orang-orang yang membawa berita bohong. Sementara aku sama sekali tidak menyadari sedikitpun adanya berita tersebut. Namun aku curiga, bila beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya menjengukku saat sakitku dan aku tidak merasakan kelembutan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seperti yang biasa aku dapatkan dari beliau ketika aku sedang sakit. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya masuk menemuiku dan memberi salam lalu bertanya: "Bagaimana keadaanmu", lantas pergi. Inilah yang membuat aku gelisah, namun aku tidak menyadari adanya keburukan yang sedang terjadi.
Pada suatu hari, aku keluar (dari rumahku) saat aku merasa sudah sembuh. Aku keluar bersama Ummu Misthah menuju Al Manashi', tempat kami biasa membuang hajat dan kami tidak keluar kesana kecuali di malam hari, Hal itu sebelum kami membuat tempat buang hajat di dekat rumah kami. 'Aisyah berkata; "Dan kebiasaan kami sama seperti kebiasaan orang-orang Arab dahulu, bila buang hajat diluar rumah (atau di lapangan terbuka). Kami merasa tidak nyaman bila membuat tempat buang hajat dekat dengan rumah-rumah kami". '
Aisyah melanjutkan; "Maka aku dan Ummu Misthah, -dia adalah anak Abu Ruhum bin Al Muthallib bin Abdu Manaf, sementara ibunya adalah anak dari Shakhar bin 'Amir, bibi dari ibu Abu Bakr Ash Shiddiq, sedangkan anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin 'Abbad bin Al Mutahllib- setelah selesai dari urusan kami, aku dan Ummu Misthah kembali menuju rumahku. Tiba-tiba Ummu Misthah tersandung kainnya seraya berkata; "Celakalah Misthah." Aku katakan kepadanya; "Sungguh buruk apa yang kamu ucapkan tadi. Apakah kamu mencela seorang laki-laki yang pernah ikut perang Badar?" Dia berkata; "Wahai putri, apakah anda belum mendengar apa yang dia ucapkan?". Aku bertanya; "Apa yang telah diucapkannya?" Ummu Misthah menceritakan kepadaku tentang ucapan orang-orang yang membawa berita bohong (tuduhan keji).
Kejadian ini semakin menambah sakitku diatas sakit yang sudah aku rasakan. Ketika aku kembali ke rumahku, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masuk menemuiku lalu memberi salam dan bersabda: "Bagaimana keadaanmu?". Aku bertanya kepada beliau; "Apakah engkau mengizinkanku untuk pulang ke rumah kedua orangtuaku." 'Aisyah berkata: "Saat itu aku ingin mencari kepastian berita dari pihak kedua orang tuaku." Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberiku izin, lalu aku bertanya kepada ibuku; "Wahai ibu, apa yang sedang dibicarakan oleh orang-orang?" Ibuku menjawab: "Wahai putriku, tenanglah. Demi Allah, sangat sedikit seorang wanita yang tinggal bersama seorang laki-laki yang dia mencintainya serta memiliki para madu melainkan mereka akan mengganggunya." 'Aisyah berkata; aku berkata; "Subhanallah, apakah benar orang-orang tengah memperbincangkan masalah ini." 'Aisyah berkata; "Maka aku menangis sepanjang malam hingga pagi hari dengan penuh linangan air mata dan aku tidak dapat tidur dan tidak bercelak karena terus menangis, hingga pagi hari aku masih menangis.
'Aisyah melanjutkan; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil 'Ali bin Abi Thalib dan Usamah bin Zaid ketika wahyu belum turun, beliau bertanya kepada keduanya dan meminta pandangan perihal rencana untuk berpisah dengan istri beliau. 'Aisyah melanjutkan; Usamah memberi isyarat kepada beliau tentang apa yang diketahuinya berupa kebersihan keluarga beliau dan apa yang dia ketahui tentang mereka pada dirinya. Usamah berkata: "Keluarga anda, tidaklah kami mengenalnya melainkan kebaikan." Sedangkan 'Ali bin Abi Thalib berkata; "Wahai Rasulullah, Allah tidak akan menyusahkan anda, sebab masih banyak wanita-wanita lain. Tanyakanlah kepada sahaya wanitanya yang akan membenarkan anda."
Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil Barirah dan bersabda: "Wahai Barirah, apakah kamu pernah melihat sesuatu yang meragukan pada diri Aisyah?". Barirah menjawab: "Demi Dzat Yang mengutus anda dengan benar, aku tidak pernah melihatnya sesuatu yang meragukan. Kalaupun aku melihat sesuatu padanya tidak lebih dari sekedar perkara kecil, dia juga masih sangat muda, dia pernah tidur di atas adonan milik keluargaya lalu dia memakan adonan tersebut."
'Aisyah melanjutkan; "Suatu hari, di saat beliau berdiri di atas mimbar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri untuk mengingatkan Abdullah bin Ubay bin Salul. Beliau bersabda: "Wahai sekalian kaum Muslimin, siapa orang yang dapat membebaskan aku dari orang yang aku dengar telah menyakiti keluargaku. Demi Allah, aku tidak mengetahui keluargaku melainkan kebaikan. Sungguh mereka telah menyebut-nyebut seseorang (maksudnya Shafwan) yang aku tidak mengenalnya melainkan kebaikan, tidaklah dia mendatangi keluargaku melainkan selalu bersamaku."
'Aisyah berkata; "Maka Sa'ad bin Mu'adz, saudara dari Bani 'Abdul Ashal berdiri seraya berkata: "Aku wahai Rasulullah, aku akan membalaskan penghinaan ini buat anda. Seandainya orang itu dari kalangan suku Aus, aku akan memenggal batang lehernya dan seandainya dari saudara kami dari suku Khazraj, maka perintahkanlah kepada kami, pasti kami akan melaksanakan apa yang anda perintahkan." 'Aisyah melanjutkan; Lalu beridirilah seorang laki-laki dari suku Khazraj -Ibunya Hassan adalah anak dari pamannya- dia adalah Sa'ad bin 'Ubadah, pimpinan suku Khazraj.
'Aisyah melanjutkan; "Dia adalah orang yang shalih, namun hari itu terbawa oleh sikap kesukuan sehingga berkata kepada Sa'ad bin Mu'adz; "Dusta kamu, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kamu tidak akan membunuhnya dan tidak akan dapat membunuhnya. Seandainya dia dari sukumu, kamu tentu tidak akan mau membunuhnya." Kemudian Usaid bin Hudlair, anak pamannya Sa'ad bin Mu'adz, berdiri seraya berkata; "Justru kamu yang dusta, demi Allah yang mengetahui umur hamba-Nya, kami pasti akan membunuhnya. Sungguh kamu telah menjadi seorang munafiq karena membela orang-orang munafiq." Maka suasana pertemuan menjadi semakin memanas, antara dua suku, Aus dan Khazraj hingga mereka hendak saling membunuh, padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam masih berdiri di atas mimbar.
'Aisyah melanjutkan; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terus menenangkan mereka hingga akhirnya mereka terdiam dan beliau pun diam. 'Aisyah berkata; "Maka aku menangis sepanjang hariku, air mataku terus berlinang dan aku tidak bisa tidur tenang karenanya hingga akhirnya kedua orangtuaku berada di sisiku, sementara aku telah menangis selama dua malam satu hari, hingga aku menyangka air mataku telah kering." Ketika kedua orangtuaku sedang duduk di dekatku, dan aku terus saja menangis, tiba-tiba seorang wanita Anshar datang meminta izin menemuiku, lalu aku mengizinkannya. Kemudian dia duduk sambil menangis bersamaku. Ketika kami seperti itu, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang lalu duduk.
'Aisyah berkata; "Namun beliau tidak duduk di dekatku sejak berita bohong ini tersiar. Sudah satu bulan lamanya peristiwa ini berlangsung sedangkan wahyu belum juga turun untuk menjelaskan perkara yang menimpaku ini." Aisyah berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu membaca syahadat ketika duduk, kemudian bersabda: "Wahai 'Aisyah, sungguh telah sampai kepadaku berita tentang dirimu begini dan begini. Jika kamu bersih, tidak bersalah pasti Allah akan membersihkanmu. Namun jika kamu telah melakukan dosa, maka mohonlah ampun kepada Allah dan bertaubatlah kepada-Nya, karena seorang hamba bila dia mengakui telah berbuat dosa lalu bertaubat, Allah pasti akan menerima taubatnya." Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan kalimat yang disampaikan, aku membersihkan air mataku agar tidak nampak tersisa setetespun, lalu aku katakan kepada ayahku; "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang diriku." Ayahku berkata; "Demi Allah, aku tidak tahu apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." Lalu aku katakan kepada ibuku: "Belalah aku terhadap apa yang di katakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang diriku." Ibuku pun menjawab; "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa yang harus aku katakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."
'Aisyah berkata; "Aku hanyalah seorang wanita yang masih muda belia, memang aku belum banyak membaca Al Qur'an. Demi Allah, sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa kalian telah mendengar apa yang diperbincangkan oleh orang-orang, hingga kalian pun telah memasukkannya dalam hati kalian lalu membenarkan berita tersebut. Seandainya aku katakan kepada kalian bahwa aku bersih dan demi Allah, Dia Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti tidak akan membenarkan aku. Seandainya aku mengakui (dan membenarkan fitnah tersebut) kepada kalian, padahal Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih, kalian pasti membenarkannya. Demi Allah, aku tidak menemukan antara aku dan kalian suatu perumpamaan melainkan seperti ayahnya Nabi Yusuf 'alaihis salam ketika dia berkata: ("Bershabarlah dengan shabar yang baik karena Allah akan mengungkap apa yang kalian") QS Yusuf ayat 18.
Setelah itu aku pergi menuju tempat tidurku dan Allah mengetahui hari itu aku memang benar-benar bersih dan Allah-lah yang akan membebaskanku dari tuduhan itu. Akan tetapi, demi Allah, aku tidak menduga kalau Allah akan menurunkan wahyu yang menerangkan tentang urusan yang menimpaku. Karena menurutku tidak pantas bila wahyu turun lalu dibaca orang hanya karena menceritakan masalah peribadiku ini. Aku terlalu rendah bila Allah membicarakan masalahku ini. Tetapi aku hanya berharap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendapatkan wahyu lewat mimpi bahwa Allah membersihkan diriku. Dan demi Allah, sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak ingin beranjak dari tempat duduknya dan tidak pula seorang pun dari keluarganya yang keluar melainkan telah turun wahyu kepada beliau. Beliau menerima wahyu tersebut sebagaimana beliau biasa menerimanya dalam keadaan yang sangat berat dengan bercucuran keringat seperti butiran mutiara, padahal hari itu adalah musim dingin. Ini karena beratnya wahyu yang diturunkan kepada beliau.
'Aisyah berkata; Setelah itu nampak muka beliau berseri dan dalam keadaan tertawa. Kalimat pertama yang beliau ucapkan adalah: "Wahai 'Aisyah, sungguh Allah telah membersihkan dirimu." 'Aisyah berkata; "Lalu ibuku berkata kepadaku: "Bangkitlah untuk menemui beliau." Aku berkata: "Demi Allah, aku tidak akan berdiri kepadanya dan aku tidak akan memuji siapapun selain Allah 'azza wajalla. Maka Allah menurunkan ayat "Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong diantata kalian adalah masih golongan kalian juga…" QS An Nuur; 11 dan seterusnya sebanyak sepuluh ayat.
Selanjutnya turun ayat yang menjelaskan terlepasnya diriku dari segala tuduhan. Abu Bakar Ash Shiddiq yang selalu menanggung hidup Misthah bin Utsatsah karena memang masih kerabatnya berkata: "Demi Allah, setelah ini aku tidak akan lagi memberi nafkah kepada Misthah untuk selamanya, karena dia telah ikut menyebarkan berita bohong tentang 'Aisyah." Kemudian Allah menurunkan ayat; "Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan diantara kalian bersumpah untuk tidak lagi memberikan kepada …..hingga ayat…. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." QS An Nuur; 22. Lantas Abu Bakar berkata; "Ya, demi Allah, sungguh aku lebih mencintai bila Allah mengampuniku." Maka dia kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana sebelumnya dan berkata; "Aku tidak akan mencabut nafkah kepadanya untuk selama-lamanya."
'Aisyah berkata; "Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy tentang masalahku seraya berkata: "Wahai Zainab, apa yang kamu ketahui dan apa pendapatmu?." Zainab menjawab: "Wahai Rasulullah, aku menjaga pendengaran dan penglihatanku, demi Allah aku tidak mengetahui tentang dia melainkan kebaikan." 'Aisyah berkata; "Padahal dialah orang yang telah mengolok-olokku (membanding-bandingkanku dengan kecantikannya -pent) diantara istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun Allah menjaganya dengan kewara'an." 'Aisyah berkata; "Saudara perempuan dari Zainab bernama Hamnah mulai membantah perkataannya, hingga ia binasa bersama orang-orang yang binasa (yaitu bersama orang-orang yang ikut serta menyebarkan berita bohong)." Ibnu Syihab berkata; "Inilah kabar yang sampai kepadaku tentang orang-orang yang terlibat memperbincangkan peristiwa bohong itu."
Kemudian 'Urwah berkata; 'Aisyah berkata; "Demi Allah, sesungguhnya salah seorang yang terlibat menyebarkan berita bohong ini berkata; "Maha suci Allah. Demi Dzat Yang jiwaku berada ditangan-Nya, aku tidak pernah sama sekali menyingkap tirai seorang wanita." 'Aisyah berkata; "Setelah itu, sahabat tersebut gugur sebagai syuhada' di jalan Allah." (HR. Bukhari)
Canda Bersama Istri
Memperingatkan Istri Ngantukan
Suatu ketika Shafiyyah dan Rasulullah yang merupakan sepasang pengantin baru berboncengan di atas Unta dari sebuah pertempuran melawan kaum Yahudi. Di dalam perjalanan itu, Shafiyyah terlihat terkantuk-kantuk hingga membuat Rasulullah gemas. “Hai orang ini! Tahan sedikitlah, ya Putri Huyay. Jangan cepat mengantuk” Kata Rasulullah sambil mencubit pipi istri barunya itu dengan penuh senyum hingga Shafiyyah terbangun dari kantuknya. “Ya Shafiyyah” Tambah Rasulullah “Aku minta maaf kepadamu atas perlakuanku terhadap kaummu karena mereka telah ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya” Shafiyyah tersenyum mendengar permohonan maaf suaminya. Rasulullah mengatakan demikian karena Shafiyyah merupakan putri dari seorang pemimpin Yahudi. Namun ia menyadari kekeliruan kaumnya yang telah melanggar perjanjian hingga Rasulullah memerangi kaumnya itu. (HR. Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim)
Bermain Dengan Kue Tart Arab
Suatu ketika, Saudah binti Zam’ah dan Rasulullah berada di rumah Aisyah. Merasa kedatangan tamu istimewa, Aisyah membuatkan kue khazirah (makanan yang terbuat dari tepung dan susu) untuk suami dan madunya itu. Setelah kue itu matang, Aisyah langsung menawarkannya kepada Sa’udah. “Makanlah” Kata Aisyah “Maaf Aisyah, aku tidak suka makanan itu!” Tolak Sa’udah. Sebenarnya Aisyah memang sudah tahu bahwa Sa’udah tidak suka kue Khazirah. Namun aisyah sengaja terus menggodanya dan berpura-pura memaksanya. “Silakan kamu pilih, kamu makan kuenya atau aku olesi mukamu dengan Khazirah”. “Aku tidak akan mencicipinya” Tegas Sa’udah. Karena Sa’udah tetap membandel maka Aisyah mengambil sedikit Khazirah dan langsung melumurkannya ke wajah Sa’udah. Rasulullah yang duduk di antara keduanya merendahkan kedua lutut beliau untuk memberikan jalan kepada Sa’udah agar membalas tindakan Aisyah. Lalu Sa’udah juga mengambil Khazirah da melumurkannya ke wajah Aisyah. Melihat tingkah laku kedua istrinya itu, Rasulullah tertawa senyum sementara Aisyah dan Sa’udah masih terlihat terpingkal-pingkal. (HR. Abu Ya’la)
Dajjal Telah Datang
Suatu hari, Hafshah sedang bertamu di rumah Aisyah. Tak lama kemudian, datanglah Sa’udah Al Zamaniyyah. Dia berdandan sangat rapi, baju dan kerudungnya indah. Aisyah dan Hafshah terpesona melihat penampilannya. Tapi Hafshah melihat peluang untuk menggoda Sa’udah. “Ya Aisyah, bagaimana nanti jika suami kita datang menemui kita dan kita tidak menyambutnya dengan dandanan yang rapi? Lihatlah Sa’udah, dia sudah berpakaian sangan menarik hati” Kata Hafshah kepada Aisyah. “Jangan begitu, takutlah kepada Allah, ya Hafshah!” Jawab Aisyah. “Aku akan merusak penampilannya!” Tekad Hafshah. Sementara Sa’udah yang sudah tua tidak mendengar dengan jelas apa yang diperbincangkan kedua madunya itu. Dia memandangi Hafshah dan Aisyah bergantian. “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Tanyanya. Hafshah tidak menjawab pertanyaan Sa’udah tetapi malah mendekati Sa’udah dan meneriakkan sesuatu di telinganya. “Ya Sa’udah, Dajjal sudah datang!!!” Sa’udah tiba-tiba gemetar ketakutan mendengar berita bahwa dajjal, musuh Allah telah datang. “Di mana aku harus bersembunyi” Tanyanya panik. “Sebaiknya kamu sembunyi di tenda itu!” Perintah Hafshah sambil menunjuk ke tumpukan pelepah kurma yang menyerupai tenda itu. Sa’udah pun kemudian lari terbirit-birit ke arah tempat yang ditunjuk Hafshah tanpa menyadari bahwa tempat itu sangat kotor. Sementara Hafshah dan Aisyah tertawa kegirangan karena berhasil menjalankan rencananya. Tidak lama kemudian datanglah Rasulullah yang heran mendapati kedua istrinya tertawa terkekeh. “Apa yang membuat kalian tertawa?” Tanya beliau. Hafshah dan Aisyah tidak menjawab pertanyaan Rasulullah karena masih tidak mampu menahan tawa. Baru ketika Rasulullah mengulang pertanyaannya tiga kali, salah satu dari mereka menunjuk ke arah pelepah kurma. Maka Rasulullah bergegas menghampiri pelepah itu dan beliau mendapati Sa’udah sedang gemetaran. “Ya Sa’udah, mengapa kamu berada di sini?” Tanya beliau. “Dajjal telah keluar, Ya Rasulullah!!” Jawab Saudah ketakutan. Rasulullahpun tersenyum melihat Saudah yang telah dikerjai oleh Hafshah dan Aisyah. “Ia masih belum keluar dan pasti akan keluar, ya Saudah” Kata beliau menenangkan. Lalu Rasulullah menyuruh Sa’udah keluar dari tenda tersebut, kemudian beliau ikut membersihkan debu dan jaring laba-laba yang melekat di sekujur pakaian Saudah. Sementara Hafshah dan Aisyah masih saja tertawa. (HR. Abu Ya’la dan Thabrani)
Apa Keberatannya Jika Aku Meninggal Lebih Dulu?
Beberapa saat menjelang akhir hayat beliau, Rasulullah berziarah ke pekuburan Baqi’ untuk memanjatkan ampunan Illahi bagi semua penduduk kuburan. Pada keesokan harinya, Aisyah mengeluh pada beliau kalau kepalanya pusing. Pada saat yang bersamaan, beliau sendiri juga merasakan sakit. “Aduh, kepalaku sakit” Keluh Aisyah. “Aduh, kepalaku juga sakit, ya Aisyah!” Balas Rasulullah. Berulang-ulang Aisyah masih saja mengeluhkan sakit di kepalanya, sampai beliaupun menggoda Aisyah dengan bercanda. “Ya Aisyah! Apa keberatannya, seandainya kau meninggal lebih dahulu sebelum aku? Sehingga aku sendiri yang akan memandikan, mengkafani, menyalati dan mengebumikanmu?” Goda Rasulullah. Mendengar perkataan Rasulullah itu, Aisyah langsung cemberut karena cemburu. “Biarlah itu terjadi pada istrimu yang lain saja” Kata Aisyah “Demi Allah! Seandainya itu terjadi, sepulang dari menguburku Anda pasti pulang ke rumahku dan tinggal di sini bersama salah satu istrimu yang lain” (HR. Ahmad)
Lomba Lari Dengan Aisyah
Aisyah radhiyallah 'anha mengisahkan: Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku: "Kemarilah! sekarang kita berlomba lari." Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: "Inilah penebus kekalahan yang lalu!" (HR. Ahmad)
Nonton Bareng
Aisyah berkata, “Demi Allah aku melihat Rasulullah berada di depan pintu kamarku, sedangkan orang Habsyah bermain perang-perangan di masjid, Rasulullah menutupi aku dengan surbannya agar aku dapat melihat permainan mereka, melalui celah antara telinga dan bahunya, sedangkan wajahku aku sandarkan pada pipi Rasulullah, kemudian beliau bertnya, “Wahai Aisyah sudah puaskan kamu (untuk melihat)?” Maka aku berkata, “Belum”. Maka aku teap dalam kondisi seperti itu hingga saya merasa puas” (HR. Bukhari)
Membolehkan Berhibur Sekedarnya
Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Abu Bakr radliallahu 'anhu datang kepada ('Aisyah radliallahu 'anha) saat di sisinya ada dua orang budak wanita yang sedang bernyanyi pada hari-hari Mina sementara Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menutup wajahnya dengan kainnya. Kemudian Abu Bakar radliallahu 'anhu melarang dan menghardik kedua sahaya itu. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melepas kain yang menutupi wajahnya dan berkata: "Biarkanlah wahai Abu Bakar. Karena ini adalah Hari Raya 'Ied". Hari-hari itu adalah hari-hari Mina (Tasyriq). Dan berkata 'Aisyah radliallahu 'anha; "Aku melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menutupi aku dengan (badannya) sedangkan aku menyaksikan budak-budak dari Habasyah itu bermain di dalam masjid. Tiba-tiba dia ('Umar radliallahu 'anhu) menghentikan mereka. Maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam berkata: "Biarkanlah mereka dengan jaminan Bani Arfidah, yaitu keamanan". (HR. Bukhari)
Senang Tersenyum Gembira
Dari Umarah, ia berkata, “Saya bertanya kepada aisyah, “Bagaimana keadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bila berduaan dengan istri-istrinya?” Aisyah menjawab, “Dia adalah seorang laki-laki seperti laki-laki lainnya, tetapi bedanya beliau seorang laki-laki yang paling terhormat, paling lemah-lembut, serta senang tertawa dan tersenyum” (HR. Khara’iti dan Ibnu Asakir)
Mengijinkan Istri Bermain
Dari Aisyah RA, ia berkata, "Aku pernah bermain dengan anak perempuan. Terkadang Rasulullah datang menemuiku di saat aku bersama para budak perempuan. Ketika beliau datang mereka keluar dan jika beliau pergi mereka masuk." (HR. Ibnu Majah)
Kuda Bersayap Aisyah
Dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam datang dari perang Tabuk atau Khaibar, di dalam kamar Aisyah terdapat kain penutup, saat itu angin berhembus dan menyibakkan kain penutup yang menutupi budak perempuan milik Aisyah -untuk bercengkerama dengan mereka. Rasulullah bertanya, 'Apakah ini wahai Aisyah?' Aisyah menjawab, 'Anak-anakku.' Beliau melihat di tengah-tengah mereka sebuah kuda-kudaan yang mempunyai dua sayap. Beliau bertanya, Apakah yang ada di tengah mereka?' Aisyah menjawab, 'Kuda.' Beliau bertanya lagi, Apakah yang ada di atasnya?' Ia menjawab, 'Dua sayap.' Beliau bertanya, 'Kuda dengan dua sayap?' Ia menjawab, 'Apakah engkau belum mendengar bahwa Nabi Sulaiman mempunyai seekor kuda yang mempunyai sayap yang banyak?' Rasulullah pun tertawa sampai aku melihat gigi gerahamnya." (HR. Abu Daud)
Kontrakan & Kost Bu Yun Bumi Sari Natar, Lampung Selatan
Kontrakan & Kost Bu Yun Bumi Sari Natar, Lampung Selatan, Indonesia Lokasi Strategis Dekat dengan Jalan Raya ,Dekat dengan Sekolah Pend...

-
Nino Nurmadi , S.Kom Keutamaan Berdoa Dalam Islam By. ninonurmadi .com Nino Nurmadi, S.Kom Nino Nurmadi, S.Kom Nino Nurmadi, S.Kom ...
-
Alam Kubur Peristiwa-Peristiwa Di Alam Kubur Allâh Azza wa Jalla berfirman: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ ...
-
Telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Abu Uwais berkata, telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapakny...