Rabu, 24 November 2021

Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam Cinta Al Qur’an

Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam Cinta Al Qur’an Cara Turunnya Wahyu Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf berkata, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin, bahwa Al Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:"Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?" Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan. Dan terkadang datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya". Aisyah berkata: "Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan aku lihat dahi Beliau mengucurkan keringat." (HR. Bukhari) Cara Nabi Menerima Wahyu Sebelum beranjak ke penjelasan detail mengenai kehidupan di bawah naungan risalah dan nubuwwah, kami melihat perlu kita mengetahui urutan kronologi turunnya wahyu yang merupakan sumber risalah dan tinta dakwah. Ibnu al-Qayyim berkata, ketika menyinggung urutan kronologi turunnya wahyu tersebut: Pertama, berupa ar-Ru’ya ash-Shaadiqah (mimpi yang benar); ini merupakan permulaan turunnya wahyu kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Kedua, berupa sesuatu yang ditimbulkan oleh malaikat terhadap rau’ (hati yang ketakutan, akal) dan hatinya tanpa dapat melihatnya; hal ini sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Ruhul Qudus (malaikat Jibril ‘alaihissalam) menghembuskan ke dalam hatiku (yang diliputi ketakutan) bahwasanya jiwa tidak akan mati hingga disempurnakan rizki baginya. Oleh karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, berindah-indahlah dalam meminta serta janganlah keterlambatan rizki atas kalian mendorong kalian untuk memintanya dengan cara melakukan perbuatan maksiat kepadaNya, karena sesungguhnya apa yang ada disisi Allah tidak akan didapat kecuali dengan berbuat ta’at kepadaNya”. Ketiga, berupa malaikat yang berwujud seorang laki-laki; lantas dia mengajak beliau berbicara hingga mengingat dengan jelas apa yang dikatakan kepadanya. Dalam urutan ini, terkadang para shahabat melihat malaikat tersebut. Keempat, berupa bunyi gemerincing lonceng yang datang kepada beliau; peristiwa ini merupakan pengalaman yang paling berat bagi beliau dimana malaikat memakai cara ini hingga membuat keningnya mengerut bersimbah peluh. Ini terjadi di hari yang amat dingin. Demikian pula, mengakibatkan onta beliau duduk bersimpuh ke bumi bila beliau menungganginya. Dan pernah juga wahyu datang seperti kondisi tersebut dan saat itu paha beliau ditaruh diatas paha Zaid bin Tsabit yang seketika dirasakan olehnya (Zaid) demikian berat sehingga hampir saja remuk. Kelima, berupa malaikat dalam bentuk aslinya yang dilihat langsung oleh beliau, lalu diwahyukan kepada beliau beberapa wahyu yang dikehendaki oleh Allah; peristiwa seperti ini dialami oleh beliau sebanyak dua kali sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam surat an-Najm. Keenam, berupa wahyu yang diwahyukan kepada beliau; yaitu saat beliau berada diatas lelangit pada malam mi’raj , diantaranya ketika diwajibkannya shalat dan lainnya. Ketujuh, berupa Kalamullah kepada beliau (dariNya kepadanya) tanpa perantaraan malaikat sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin ‘Imran; peristiwa seperti ini terjadi dan diabadikan secara qath’i berdasarkan nash al-Qur’an. Sedangkan terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam terjadi dalam hadits yang berbicara tentang Isra’ . Sebagian para ulama menambah urutannya menjadi delapan, yaitu; Allah berbicara kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa hijab; ini merupakan permasalahan yang diperdebatkan oleh ulama Salaf dan Khalaf. Demikian, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnu al-Qayyim dengan sedikit diringkas dalam penjelasan tentang urutan pertama dan kedelapan. Pendapat yang benar, bahwa urutan terakhir ini (kedelapan) tidak tsabit (valid dan dipercaya keabsahan riwayatnya-red). (Sirah Al Mubarakfury) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam Cinta Al Qur'an Kecintaan kepada wahyu Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Ketika turun ayat Al Qur'an, 'Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu hingga ayat yang berbunyi, 'Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah.' hal itu memang ada hubungannya dengan Hudaibiyah. Semula mereka merasa sedih dan gelisah tetapi Rasulullah sempat menyembelih hewan kurban di situ. Setelah itu beliau bersabda, 'Sesungguhnya ada satu ayat yang diturunkan Allah kepadaku yang lebih aku sukai daripada seluruh isi dunia." (HR. Muslim) Rasulullah Sedih karena Wahyu Terputus Dalam kitab At Ta’bir, imam Bukhari meriwayatkan,”Berdasarkan informasi yang sampai kepada kami, wahyu pun mengalami masa vakum sehingga membuat Nabi sedih dan berulang kali berlari kencang agar dapat terjerembab dari puncak-puncak gunung, namun setiap beliau mencapai puncak gunung untuk mencampakkan dirinya, malaikat Jibril menampakkan wujudnya seraya berkata, ‘Wahai Muhammad! Sesungguhnya engkau adalah benar-benar utusan Allah!’ Spirit ini dapat menenangkan dan menstabilkan kembali jiwa beliau, lalu beliau pulang. Namun manakala masa vakum itu masih terus berlanjut beliau pun mengulangi tindakan sebagaimana sebelumnya; dan ketika dia mencapai puncak gunung, malaikat Jibril kembali menampakkan wujudnya dan berkata kepadanya seperti sebelumnya.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Dari Al Aswad bin Qais bahwasanya ia berkata, "Saya pernah mendengar Jundab bin Sufyan RA berkata, 'Suatu ketika Rasululllah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sakit sehingga beliau tidak bangun untuk melaksanakan shalat Tahajjud selama dua atau tiga malam. Lalu seorang wanita datang mengunjungi beliau seraya berkata, 'Hai Muhammad, saya benar-benar berharap agar syetanmu meninggalkanmu yang sejak dua atau tiga malam saya tidak melihatnya di dekatmu." Al Aswad berkata, "Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ayat Al Qur'an: Demi waktu Dhuha dan demi waktu malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidaklah meninggalkanmu dan tidak pula membencimu. (Qs. Adh-Dhuhaa(93): 1-3) (HR. Muslim) Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyaynah menceritakan kepada kami dan Al Aswad bin Qais, dari Jundab Al Bajali, ia berkata: Aku pemah bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam sebuah goa, kemudian jari tangan beliau berdarah. Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam kemudian bersabda, "Apakah engkau hanya sebuah jari yang (hanya dapat) berdarah, sedang terhadap jalan Allah engkau tidak (dapat) menemukan?" Malaikat Jibril —alaihi salam— kemudian terlambat datang, sehingga orang-orang musyrik berkata, "Sesungguhnya Muhammad telah ditinggalkan." Allah —Ta'ala— kemudian menurunkan (ayat): 'Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu.' (Qs. Adh-Dhuhaa [93]: 3) (HR. Bukhari dan Muslim) Membaca Al Qur’an Hingga Selesai Dari Aus bin Hudzaifah dia berkata,”Kami menemui Rasulullah dalam rombongan utusan bani Tsaqif. Kami menginap di tempat Al Mughirah bin syu’bah sedang Nabi berada di kemah beliau di Bani Malik. Setiap malam beliau menemui kami selepas isya dan berbicara dengan kami sambil berdiri, sampai kaki beliau kecapaian karena lamanya berdiri. Beliau banyak bercerita tentang apa yang beliau alami karena ulah kaumnya Quraisy. Kemudian beliau bersabda,”Namun aku tidak putus asa. Memang kami dulu lemah dan kalah selagi di Mekah. Lalu setelah kami pergi ke Madinah, maka di antara kami berkobar peperangan. Kadang kami mengalahkan mereka dan kadang mereka mengalahkan kami.”Suatu malam beliau terlambat dari waktu biasanya dalam menemui kami. Setelah beliau datang dan kami bertanya,”Ada apa engkau terlambat menemui kami?” Beliau menjawab,”tadi aku membaca 2 juz Al Qur’an. Sementara aku tidak ingin menemui kalian sebelum aku menyelesaikannya” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah) Membaca Surat Al Fath Berulang Bukhari meriwayatkan dari Mu‘awiya bin Qurah ra, ia berkata :“Aku pernah mendengar Abdullah bin Mughaffal berkata : Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pada waktu fat-hu Makkah berada di atas untanya, seraya membaca surat Al-Fath berulang-ulang dengan bacaan yang merdu sekali. Sabda beliau : Seandainya orang-orang tidak berkerumun di sekitarku niscaya aku akan membacanya berulang-ulang. (Siroh Al Buthy) Mendengarkan Al Qur’an Dari Anas bin Malik, dia berkata,”Abu Musa Al Asy’ary biasa duduk di rumahnya lalu banyak orang yang datang dan berkumpul di sekelilingnya. Setelah itu dia membacakan Al Qur’an kepada mereka.Ada seseorang yang menemui Rasulullah seraya berkata,”Wahai Rasulullah, apakah engkau tidak takjub terhadap Abu Musa yang duduk di rumahnya dan orang-orang duduk di sekelilingnya, lalu dia membacaka Al Qur’an kepada mereka?” “Apakah engkau bisa menyusupkan aku ke tengah mereka tanpa diketahui seorang pun?” tanya beliau. “Bisa,” jawab orang itu. Maka beliau pergi dan bergabung bersama mereka, tanpa diketahui seorangpun. Beliau mendengar bacaan Abu Musa dengan seksama, lalu bersabda,”Dia membacakan menurut salah satu kitab Zabur pengikut Daud.” (HR. Abu Ya’la) Menangis Mendengar Al Qur’an Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan; suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Maka kukatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah saya bacakan al-Qur’an kepada anda sementara al-Qur’an itu diturunkan kepada anda?”. Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya aku senang mendengarnya dibaca oleh selain diriku.” Maka akupun mulai membacakan kepadanya surat an-Nisaa’. Sampai akhirnya ketika aku telah sampai ayat ini (yang artinya), “Lalu bagaimanakah ketika Kami datangkan saksi bagi setiap umat dan Kami jadikan engkau sebagai saksi atas mereka.” (QS. an-Nisaa’ : 40). Maka beliau berkata, “Cukup, sampai di sini saja.” Lalu aku pun menoleh kepada beliau dan ternyata kedua mata beliau mengalirkan air mata.” (HR. Bukhari [4763] dan Muslim [800]). Mendoakan Pembaca Al Qur’an Dari Aisyah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendengar seseorang membaca suatu surat di malam hari, maka beliau pun bersabda: "Semoga Allah merahmati si Fulan, sungguh, ia telah mengingatkanku ayat ini dan ini aku telah dilupakan dari surat ini dan ini." (HR. Bukhari) Mendahulukan Jenazah Penghafal Qur’an Selang sekian lama pertempuran di antara kedua belah pihak pun mulai mereda, dan berakhir. Kaum Musyrikin mulai meninggalkan medan pertempuran dengan rasa bangga atas kemenangan yang diraihnya. Sementara itu kaum Muslimin terkejut melihat para sahabat yang berguguran di antaranya Hamzah bin Abdul Muttalib, Al Yaman, Anas bin Nadhar, Mush‘ab bin Umair dan lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sendiri sangat berduka cita atas kematian pamannya, Hamzah bin Abdul Muttalib, apalagi setelah melihat mayatnya yang dibedah perutnya dan diiris hidung serta telinganya oleh musuh. Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menguburkan mayat-mayat itu dua-dua dalam satu kain lalu bertanya :“Siapakah yang paling banyak hafal al-Quran ?“ Setelah diberitahukan lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memasukkannya lebih dahulu ke liang lahat. Sesudah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam besabda :“Aku menjadi saksi bagi mereka pada Hari Kiamat.“ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan agar mereka dikuburkan berikut pakaian dan darah mereka apa adanya, dengan tidak perlu dimandikan dan dishalatkan. (Siroh Al Buthy) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan Al Qur'an Membaca Qur’an dengan tartil Qatadah ia berkata; Aku pernah bertanya kepada Anas bin Malikmengenai bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia pun menjawab, "Bacaan beliau adalah memanjangkan sehingga bisa dibaca." (HR. Bukhari) Membaca Al Qur’an Dengan Suara Pertengahan Dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma mengenai firman Allah: "dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya…, " (Al Israa: 110). Ibnu Abbas berkata; ayat ini turun ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sembunyi-sembunyi di Makkah. Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bila mengimami shalat para sahabatnya, beliau mengeraskannya saat membaca al Qur`an. Tatkala orang-orang musyrik mendengarkan hal itu, mereka mencela al Qur`an, mencela yang menurunkannya dan yang membawakannya. Maka Allah Azza Wa Jalla berfirman kepada NabiNya: (Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu) maksudnya adalah dalam bacaanmu sehingga orang-orang musyrik mendengarnya dan mereka mencela al Qu`ran dan: Dan janganlah pula merendahkannya dari para sahabatmu sehingga mereka tidak dapat mendengarkan dan mengambil Al Qu`ran darimu dan: Maka carilah jalan tengah di antara kedua itu. (HR. Bukhari) Membacakan Ayat Untuk Orang Lain Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Ubay bin Ka'ab,'Hai Ubay, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkanku untuk membacakan surah Al Bayyinah kepadamu.' Ubay bertanya, "Apakah Allah telah menyebutkan nama saya kepada engkau ya Rasulullah?" Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menjawab, "Ya." Anas berkata, "Lalu Ubay langsung menangis." (HR. Muslim) Membaca Al Qur’an Di Pangkuan Istri Yang Haidh 'Aisyah menceritakan kepadanya,"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyandarkan badannya di pangkuanku membaca Al Qur'an, padahal saat itu aku sedang haid." (HR. Bukhari) Mempelajari Al Qur’an Dengan Istri Dari Aisyah, katanya: Saya berkata, "Wahai Rasulullah, saya tahu ayat yang paling menyenangkan dalam Al Qur'an," beliau menjawab, "Ayat apa itu hai Aisyah? " Aisyah berkata, "Yaitu Firman Allah SWT, "Siapa yang melakukan kejahatan maka ia akan dibalasnya" (Qs. An-Nisaa [4]: 123) Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda, "Wahai Aisyah, tidakkah kamu tahu bahwa seorang mukmin kadang ditimpa bencana atau penderitaan sehingga ia melakukan perbuatan yang buruk. Siapa yang pemeriksaan amalnya lama, maka ia telah disiksa. "(HR. Abu Daud) Meningkatkan Membaca Al Qur'an Di Bulan Ramadhan Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata:"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau. Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur'an) hingga Al Qur'an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus". (HR. Bukhari) Menghafal Al Qur’an Dengan Tenang Dari Ibnu 'Abbas tentang firman Allah Ta'ala: (Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat ingin (menguasainya)." Berkata Ibnu 'Abbas: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat kuat keinginannya untuk menghafalkan apa yang diturunkan (Al Qur'an) dan menggerak-gerakkan kedua bibir Beliau." Berkata Ibnu 'Abbas: "aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukannya kepadaku". Berkata Sa'id: "Dan aku akan menggerakkan kedua bibirku (untuk membacakannya) kepada kalian sebagaimana aku melihat Ibnu 'Abbas melakukannya. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggerakkan kedua bibirnya, Kemudian turunlah firman Allah Ta'ala: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya". Maksudnya Allah mengumpulkannya di dalam dadamu (untuk dihafalkan) dan kemudian kamu membacanya: "Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu". Maksudnya: "Dengarkanlah dan diamlah". Kemudian Allah Ta'ala berfirman: "Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. Maksudnya: "Dan Kewajiban Kamilah untuk membacakannya" Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sejak saat itu bila Jibril 'Alaihis Salam datang kepadanya, Beliau mendengarkannya. Dan bila Jibril 'Alaihis Salam sudah pergi, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membacakannya (kepada para sahabat) sebagaimana Jibril 'Alaihis Salam membacakannya kepada Beliau shallallahu 'alaihi wasallam (HR. Bukhari) Sikap Kafir Quraisy Terhadap Al Qur'an Orang Kafir Menghalangi orang agar tidak dapat mendengarkan al-Qur’an Disebutkan bahwa an-Nadhar bin al-Harits pergi ke Hirah. Disana dia belajar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, cerita-cerita tentang Rustum dan Asvandiar. Jika Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk di suatu majlis dalam rangka berwasiat kepada Allah dan mengingatkan manusia akan pembalasan-Nya, maka seusai beliau Shallallâhu ‘alaihi wasallam melakukan hal itu; an-Nadhar berbicara kepada orang-orang sembari berkata: “Demi Allah! ucapan Muhammad tersebut tidaklah lebih baik dari ucapanku ini”. Kemudian dia mengisahkan kepada mereka tentang cerita raja-raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah itu, dia berceloteh: “Kalau begitu, bagaimana bisa ucapan Muhammad lebih bagus dari ucapanku ini?”. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas disebutkan bahwa an-Nadhar membeli seorang budak perempuan. Maka, setiap dia mendengarkan ada seseorang yang tertarik terhadap Islam, dia segera menggandengnya menuju budak perempuannya tersebut, lalu berkata (kepada budak perempuannya): “beri dia makan, minum dan penuhi kebutuhannya. Ini adalah lebih baik dari apa yang diajak oleh Muhammad kepadamu”. Maka turunlah ayat mengenai dirinya, Allah berfirman: “Dan diantara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah…”. (Q.S.31/Luqman: 6). Pengakuan Gembong Kafir Tentang Al Qur’an Abu Sufyan b. Harb, Abu Jahl b. Hisyam dan al-Akhnas b. Syariq malam itu pergi ingin mendengarkan Muhammad ketika sedang membaca Qur'an di rumahnya. Mereka masing-masing mengambil tempat sendiri-sendiri untuk mendengarkan, dan tempat satu sama lain tidak saling diketahui. Muhammad yang biasa bangun tengah malam, malam itu juga ia sedang membaca Qur'an dengan tenang dan damai. Dengan suaranya yang sedap itu ayat-ayat suci bergema ke dalam telinga dan kalbu. Tetapi sesudah fajar tiba, mereka yang mendengarkan itu terpencar pulang ke rumah masing-masing. Di tengah jalan, ketika mereka bertemu, masing-masing mau saling menyalahkan: Jangan terulang lagi. Kalau kita dilihat oleh orang-orang yang masih bodoh, ini akan melemahkan kedudukan kita dan mereka akan berpihak kepada Muhammad. Tetapi pada malam kedua, masing-masing mereka membawa perasaan yang sama seperti pada malam kemarin. Tanpa dapat menolak, seolah kakinya membawanya kembali ke tempat yang semalam itu juga, untuk mendengarkan lagi Muhammad membaca Qur'an. Hampir fajar, ketika mereka pulang, bertemu lagi mereka satu sama lain dan saling menyalahkan pula. Tetapi sikap mereka demikian itu tidak mengalangi mereka untuk pergi lagi pada malam ketiga. Setelah kemudian mereka menyadari, bahwa dalam menghadapi dakwah Muhammad itu mereka merasa lemah, berjanjilah mereka untuk tidak saling mengulangi lagi perbuatan mereka demikian itu. Apa yang sudah mereka dengar dari Muhammad itu, dalam jiwa mereka tertanam suatu kesan, sehingga mereka satu sama lain saling menanyakan pendapat mengenai yang sudah mereka dengar itu. Dalam hati mereka timbul rasa takut. Mereka kuatir akan jadi lemah, mengingat masing-masing adalah pemimpin masyarakat, sehingga dikuatirkan masyarakatnyapun akan jadi lemah pula dan menjadi pengikut Muhammad juga. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Suatu ketika, tiga orang tokoh Quraisy berkumpul. Masing-masing dari mereka ternyata sudah pernah mendengarkan Al Qur’an secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh dua temannya yang lain, namun kemudian rahasia itu tersingkap. Salah seorang dari mereka bertanya kepada Abu Jahal-yang merupakan salah seorang dari ketiga orang tersebut,”Bagaimana pendapatmu mengenai apa yang engkau dengar dari Muhammad tersebut?” “Apa yang telah aku dengar? Memang, kami telah berselisih dengan Bani Abdi Manaf dalam persoalan derajat sosial, manakala mereka makan, kami pun makan; mereka menanggung sesuatu, kami pun ikut menanggungnya; mereka memberi, kami pun memberi hingga akhirnya kami seaar di atas tunggangan yang sama. Dan ibarat dua orang yang bertarung secara seimbang, tiba-tiba mereka berkata,”Kami memiliki Nabi yang membawa wahyu dari langit!’ Kapan kami mengetahui hal ini? Demi Allah! Kami tidak akan beriman sama sekali kepadanya dan tidak akan membenarkannya.” (Siroh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri) Al Qur’an Lebih Baik Dari Kata Hikmah Suwaid bin'sh-Shamit adalah seorang bangShallallahu ‘alaihi Wasallaman terkemuka di Yathrib. Karena ketabahannya, pengetahuannya, kebangShallallahu ‘alaihi Wasallamanan dan keturunannya, masyarakatnya sendiri menamakannya al-Ramil (yang sempurna). Pada waktu membicarakan ini Suwaid sedang berada di Mekah berziarah. Muhammad lalu menemuinya dan diajaknya ia mengenal Tuhan dan menganut Islam. "Barangkali yang ada padamu itu sama dengan yang ada padaku," kata Suwaid. "Apa yang ada padamu?" tanya Muhammad. "Kata-kata mutiara oleh Luqman." Lalu Muhammad minta supaya hal itu dikemukakan. "Memang itu kata-kata yang baik," kata Muhammad setelah oleh Suwaid dikemukakan. "Tapi yang ada padaku lebih utama tentunya, yaitu Qur'an sebagai bimbingan dan cahaya." Lalu dibacakannya ayat-ayat Qur'an itu kepadanya disertai ajakan agar ia sudi menerima Islam. Gembira sekali Suwaid mendengar ini. "Memang baik sekali ini," katanya. Lalu ia pergi hendak memikirkan hal tersebut. Ada sementara orang yang berkata ketika ia dibunuh oleh Khazraj, bahwa ia mati sebagai Muslim. Peristiwa Suwaid b. Shamit ini bukan contoh satu-satunya yang menunjukkan adanya pengaruh Yahudi dan Arab di Yathrib yang bertetangga itu, dari segi rohani. (Siroh Muhammad Husain Haikal) Kenapa Al Qur’an Tidak Diturunkan Kepada Kami? Atau seperti kata al-Walid bin'l-Mughira: "Wahyu didatangkan kepada Muhammad, bukan kepadaku, padahal aku kepala dan pemimpin Quraisy. Juga tidak kepada Abu Mas'ud 'Amr b. 'Umair ath-Thaqafi sebagai pemimpin Thaqif. Kami adalah pembesar-pembesar dua kota." Untuk itulah firman Tuhan memberi isyarat: "Dan mereka berkata: 'Kenapa Qur'an ini tidak diturunkan kepada orang besar dari dua kota itu?' Adakah mereka membagi-bagikan kurnia Tuhanmu? Kamilah yang membagikan penghidupan mereka itu, dalam hidup dunia ini." (Qur'an 43: 13-32) (Siroh Muhammad Husain Haikal)

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan

Jasa Pengetikan Online Murah di Bumi Sari Natar Lampung Selatan Kami merupakan jasa ketak ketik yang bergerak di bidang usaha pengetikan kom...